Wednesday, November 15, 2000

Fission vs Fussion Reaction



Titi Murniaty
Titi Murniaty
Sewaktu saya baru mulai bergabung belajar di pergururan ini, tepatnya waktu pertama kali buat Dream Book, pelatih pertama saya HD Coach (sekarang coach saya Mr Butch E) saya sudah mewanti wanti sesuatu yang bagi diri saya saat itu sama sekali tidak bisa masuk ke otak saya dan saya yakin andapun sekarang ini punya pendapat sama pada apa yang akan saya uraikan berikut ini.
Apa yang disebut Chain Reaction (reaksi berantai). Sewaktu salah seorang rekan seperguruan sedikit membeberkan suatu deret eksponensial yang menggambarkan pertumbuhan penghasilan yang bisa diperoleh dari bisnisdibawah arahan perguruan ini, sudah pasti sebagian besar dari masyarakat luar tidak atau kurang percaya akan kebenarannya. Demikianlah umumnya. Sebetulnya itu hanyalah suatu deret matematika sederhana.
Dulu sayapun seperti anda, tidak segampang itu masuk ke logika saya soal perkembang biakkan penghasilan hingga akhirnya setelah ”Seeing is believing”percaya setelah menyaksikan sendiri barulah saya faham. Tibalah waktunya saya mengalami sendiri dan my Success Coach mengingatkan kembali apa yang dulu dari awal pernah ia pesankan: Chain Reaction. Oke, kita bahas sekarang.
Sebetulnya orang yang pernah mencapai EF (Economically Free) di komuntas ini bukanlah sedikit, secara hitungan kasarnya sebanyak 3x dari jumlah siswa yang sekarang ini sudah EF atau minimal FI (Financial Independent). Lalu kalau begitu apa yang terjadi? Kemana mereka mereka itu sekarang? Jawabnya: Hilang atau menghilangkan diri karena malu akibat jatuh, terpuruk, bangkrut. Lho, bagaimana bisa? Itulah. Karena mereka sewaktu berhasil mencapai FI kemudian meningkat ke FF (Financial Freedom), masih belum sampai EF, seakan akan sudah mabok dan merasa ada jutaan bintang di sekeliling mereka. Lalu mereka lupa atau pura pura lupa atau memang tidak peduli setiap kali diperingatkan oleh coach-nya. Lupa daratan, menganggap sepi.
Ilustrasi dari segi ilmu fisikanya begini:
Chain Reaction adalah suatu reaksi nuklir dari hasil penggabungan 2 uranium (38, 92). Waktu kedua benda ini dipertemukan, terjadi apa yang disebut Critical Mass. Elektron dalam kedua atom tersebut menjadi tidak stabil dan menabrak/membelah setiap proton lalu dari hasil pembelahan itu muncul lagi elektron berikutnya yang tidak stabil yang juga melakukan hal yang sama akan membelah proton yang lain. Bisa dibayangkan akibatnya dan pembenturan ini begitu cepatnya karena elektron bergerak secepat cahaya atau sekitar 300.000 km/detik. Hasilnya? Bom Atom Horoshima dan Nagasaki.
Persis seperti itulah yang terjadi ketika penghasilan kita mengalami proses multiplier effect. Awalnya juga sama, tercapai Critical Mass dan lanjutannya penghasilan kita tumbuh secara eksponensial seperti akan meledak. Bila dalam reaksi nuklir terjadi peledakan, bila dipenghasilan akan terjadi keadaan yang di perguruan kami disebut Out of Traction Control:
Jumlah business outlets semakin banyak atau uang kita disektor finansial berkembang, berkembang dan terus berkembang hingga membuat sipemilik uang jadi kegilaan! Bingung mau harus dikemanakan lagi uangnya. Akibatnya kalau tidak jadi gila betulan orang itu, berfoya foya menghambur hamburkan uang atau sebaliknya terjadi titik balik kulminasi. Bisnis hancur lebur. Serakah mengakuisisi perusahaan hingga ada yang sampai terseret litigasi.
Boleh jadi di detik ini anda membaca tulisan saya anda masih sulit mencernanya, kenapa bisa begitu ya? Bisa! Segala sesuatu bisa terjadi di dunia ini mengikuti Hukum Alam Semesta.
Proses Chain Reaction ada 2 jenis. Pertama adalah contoh diatas yang biasa disebut Fission Reaction. Cara penanggulangannya adalah prosesnya dikendalikan dan disebut Fussion Reaction, reaksi yang mirip dengan konsep reaktor nuklir. Proses di reaktor, setiap elektron yang muncul dari akibat pembelahan akan ditangkap oleh suatu media khusus, misalnya grafit. Demikian jugalah kira kira dalam mengelola bisnis dan keuangan. Saya tidak bisa menjelaskan dengan gamblang di milis ini namun saya beri ilustrasi kurang lebih bagaimana keadaannya.
Pada dasarnya kita sebagai manusia tidak boleh serakah. Sejak mulai berpenghasilan yang lebih dari cukup, pola hidup sederhana harus dijadikan  kebiasaan. Ini sangatlah tidak mudah karena manusia cenderung akan ”balas dendam” dari yang tadinya misalnya ke supermarket harus dihitung cermat apa yang akan dibeli setelah mulai makmur akan membeli sebanyak banyaknya di luar keperluan. Di komunitas ini kami diajarkan bagaimana Marginal Propensity (MP) to consume selalu lebih kecil dari pada MP to save dan MP to invest. Sangat sangat sulit. Bila kendaraan sedang bergerak kencang dan harus direm mendadak sudah pasti berakibat fatal meskipun sudah dilengkapi segala fitur seperti ABS, BA, EBD dan sejenisnya. Sama halnya terhadap diri manusia. Itulah makanya sejak penghasilan kita masih kecil sudah dibiasakan melakukan pengereman.
Kemudian, jika pengeluaran banyak ditahan bukankah akan semakin besar sisa penghasilan kita dan bukankah semakin ditabung atau diinvest akan meledak mejadi jadi? Betul, itulah apa yang terjadi pada sebagian teman teman yang tadinya sudah berhasil selalu mengencangkan ikat pinggang tetapi begitu semakin lama harta mereka tumbuh berkembang kencang berakibat mereka ”menyerah” Kapan lagi aku bisa nikmati hidup bermewah mewahan di dunia ini? Hidupku hanya sebentar.
Itulah bila keimanan tidak tebal dalam diri seseorang, yang hanya melihat kita hidup di dunia ini saja. Padahal secara spiritual disimbolikkan bahwa kita hidup di dunia ini hanya numpang minum, seperti itulah dikiaskannya.
Kembali, apa yang harus dilakukan? Saya cukup memberi jawaban: ikutilah apa yang sudah diatur oleh agama anda. Ya, di setiap agama sudah diberitahu caranya, ”grafit”nya untuk mengendalikan peledakan itu.