Sunday, January 19, 2003

Be a Unisyn Student Part 7

       


Nirmala Sari

TRANSITORY
Untuk info saja bahwa tahap (1) Cold Approach, (2) Brush Contact dan (3) Casuals tahapannya disebut Transitory. Sedangkan 2 tingkat pemula di Perguruan ini, yakni: (Square 1) Associates, (Square 2) Recruits disebut Early Birds
Cold Approach TRANSITORY
Brush Contact 外国人
Casuals
Associates 25% Student EARLY BIRDS
Recruits 50% Student
Aspirants (Cadets) Cadet (75%) ENLISTED COACHES
Ensign 100% Student
Operatives
Dalam fase ini seseorang sama sekali belum dianggap siswa perguruan. Kemudian setelah lolos Screening Test dan melewati Interview sebagai Unisyn Entry Gate, barulah status si calon siswa tersebut berubah menjadi 25% Student di tingkat 1 (SQ1 – Associates). Dari itu tidak usahlah berharap setelah selesai Interview pelatih akan menyodorkan Registration Form, karena memang masih belum diperlakukan sebagai student 100% (lihat tabel). Reg Form baru diminta diisi di SQ4.

Sebagai sekedar tambahan info, istilah ‘student’ yang diucapkan oleh masyarakat luar kepada kami, Unisyn students, sebetulnya tidak sepenuhnya benar. Kamipun jadinya menggunakan bahasa yang sama tiap berinteraksi dengan gaikokujin. Namun, secara internal, klasifikasi Unisyn Students hanya berlaku untuk kami yang berada di SQ1 s/d 4. Para anggota SQ 5 dan 6 disebut Unisyn Operatives. SQ 7 dan 8 seterusnya ada sebutan lain.
Kita ulang sedikit, ada 4 jenis Screening Test di Unisyn: PST, FST, EST, SST. Physical Screening Test (PST) memang sangat utama dalam penentuan lolos tidaknya seorang Casual ke tahapan berikutnya dibandingkan ketiga Screening Test lainnya, yang hanya diperiksa sambil lalu. Financial ST perlu, tetapi si calon murid bisa lolos cukup   dengan memperlihatkan bukti bukti pendukung eksistensi bisnisnya, selesai. Demikian juga jumlah relasi yang harus dikenalkan ke Recruiting Coach dalam rangka memenuhi syarat Emotional ST. Kenalkan keempatnya, selesai. Terakhir, Spiritual ST cukup dengan membawa Coach ke rumah ibadah dan tunjukkan kepada Coach bisa cukup fasih berdoa atau sembahyang apakah itu di mesjid, gereja, vihara, kuil, pura…selesai. Jika kebetulan The Recruiting Coach beragama beda dengan si Casuals bisa dipastikan sipelatih mengamini saja apa yang dilakukan seorang Casual di dalam rumah ibadah. Akan tetapi Physical ST diobservasi dengan seksama. PST dilakukan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan terutama stamina (endurance) dari si calon siswa. Ini akan menjadi panduan dan pegangan pelatih dari titik mana harus ditingkatkan kemampuan standar dari seorang siswa, apakah laik mengikuti pelatihan berat tahap tahap selanjutnya atau tidak. Jangan sampai sebelum dan sesudah berlatih di Unisyn kondisi fisik peserta latihan tidak ada bedanya atau malah memburuk. Itu sama saja tidak ada gunanya berlatih di perguruan.
INTERVIEW (ENTRY GATE)


Setelah seorang Casual dinyatakan lolos dari 4 Screening Tests maka sampai pada waktunya diwawancara (Interview). Tes Wawancara dilakukan untuk melihat potensi dan motivasi dari calon peserta latihan. Dengan adanya data yang secara tertulis maka akan memudahkan pelatih untuk merancang program-program latihan yang mengacu pada kurikulum yang sudah ada. Wawancara juga akan dapat diketahui loyalitas calon peserta latihan terhadap Unisyn. Calon Peserta bisa saja membohongi pelatih dengan cara memanipulasi bukti bukti dalam Screening Test, tetapi dengan adanya tes wawancara dengan bentuk bentuk pertanyaan yang menyeluruh (thorough) akan bisa jadi dapat diketahui kepalsuannya.
Jadi sebetulnya Screening Test dan Interview diadakan demi kepentingan Coach dan calon peserta latihan sendiri agar didapatkan hasil latihan yang optimal.
NITTY-GRITTY
Setiap interview perguruan Unisyn dibagi dalam:
  1. Opening
  2. Inquiries
  3. Rights & Obligation
  4. Nitty-gritty
  5. Closing
Opening
Interview dibuka dengan dialog antara Coach – Casual seputar hasil yang telah dicapai bersama. Tujuannya untuk mengetahui apa saja yang sudah dicapai hingga sejauh ini.
Inquiries
Di waktu inilah seorang Recruiting Coach sebagai interviewer mengintrogasi lebih jauh, dalam dan luas mengenai diri si interviewee; seluk beluk dirinya, keluarganya, relasinya hingga pekerjaannya di tempat ia bekerja untuk orang (kantor/perusahaan) dan rencana bisnisnya. Pertanyaan pertanyaan dalam Inquiries dalam 3 bagian sederhana: Past – Present – Future. Maksud disini: Apa (What), Bagaimana (How, What if), Bila/kapan (When), Kenapa (Why) pihak interview di masa lalu, kemudian di masa sekarang ini dan terakhir rencana interviewee di masa depan. Tampaknya sederhana, tetapi banyak sekali pertanyaan pertanyaan jebakan dilontarkan yang bisa ‘menjaring’ seorang Casuals hingga ‘terjatuh’ disini. Ingat, perguruan ini bukanlah institusi komersial yang mencari murid sebanyak banyaknya agar bisa untung sebanyak banyaknya. Justru sebaliknya! Ini adalah Non Profit Institutuion; Zero Profit. Perguruan sama sekali tidak memungut biaya sepeserpun. Jadi apa yang sedang dilakukan oleh seorang Recruiting Coach lebih pada proses: sedang memilih yang mana KERANG MUTIARA dan mana yang kerang rebus.
Coach – Student Rights & Obligations (Miranda Warning)

Dalam tahap ini cukup penting dimana Pelatih akan membacakan Hak Hak & Kewajiban seorang siswa dan sebaliknya, Hak Hak & Kewajiban seorang Coach kepada student. Selengkapnya mengenai isi dari Rights & Obligations ini diuraikan di Unisyn Blog yang lain. Tahap ini sering dijuluki Miranda Warning karena dikutip dari Kepolisian AS:

You have the right to remain silent. Anything you say can and will be used against you in a court of law. You have the right to speak to an attorney, and to have an attorney present during any questioning. If you cannot afford a lawyer, one will be provided for you at government expense.
Dimana jika tidak dibacakan, maka penangkapannya menjadi batal demi hukum. Entah kenapa polisi AS menyebutnya “Miranda”. Mungkin asal muasalnya sewaktu kasus Ernesto Arturo Miranda vs Arizona tahun 1966.

Nitty-gritty
Bagian ini tak kalah pentingnya.
Akibat bagian ini tidak disebutkan di depan (waktu interview) seriing terjadi para murid perguruan berlaku keliru terhadap Coach. Mereka menyamakan Unisyn dengan institusi institusi komersial pada umumnya dimana student is the King, karena student membayar dan institusi membutuhkan student. Anggapan yang tolol. Seperti misalnya:
  • Menyengaja datang terlambat, membiarkan Coach menunggu di tempat pelatihan
  • Menunggu dihubungi Coach lebih dulu dalam komunikasi, bukan sebaliknya
  • Menetapkan tempat pelatihan yang lebih menyenangkan/menguntungkan dirinya (student) bukan melihat dari sisi Coach. Misalnya menentukan tempat berlatih yang dekat ke rumahnya tinggal atau kantor tempat ia bekerja, bukan tempat yang lebih dekat ke Coach.
  • Menanti hingga ditanya lebih dulu oleh Coach bukannya selalu kritis dan inisiatif bertanya duluan
  • Menganggap segala biaya pelatihan patut menjadi beban sepenuhnya kepada Coach, bukan sebaliknya dan kalaupun terpaksa – fifty fifty, ongkos pelatihan urunan bersama
Apa yang disebutkan di atas adalah beberapa dari sekian banyak contoh KEBODOHAN dari seorang murid. Ingat, ingat dan selalu ingat bahwa Coach di Unisyn tidak dibayar apapun. Mereka melatih dengan tulus ikhlas tanpa dibayar karena menganggapnya sebagai INVESTASI AKHIRAT. Jadi, karena tidak dibayar, kenapa Coach harus membayar untuk pelatihan buat muridnya? Bukankah lebih baik waktunya ia berikan untuk anak dan istri/suaminya alias tinggal di rumah saja atau berekreasi bersama keluarga sendiri ketimbang harus bercapek payah melatih siswa?
Lagi, ada klausul lainnya yang kurang lebih berbunyi: ”seorang coach tidak diperkenankan menagih imbalan apapun baik ketika murid dalam proses pelatihan MAUPUN jika murid sudah berhasil”. Nah, jika demikian, apa yang bisa diharapkan seorang Coach selain bentuk Future Investment di “dunia lain” itu?
Jadi, perlu diluruskan dari awal paragraf diatas itu menjadi:
  • Seorang murid harus selalu datang paling lambat 30 menit sebelum Coach datang di tempat pelatihan
  • Murid harus dipihak yang menghubungi Coach dalam komunikasi.
  • Murid menetapkan tempat pelatihan yang lebih menyenangkan/menguntungkan dari sisi Coach. Misalnya menentukan tempat berlatih yang dekat ke rumah Coach tinggal atau kantor tempatnya bekerja.
  • Murid harus bertanya dan sering bertanya kepada Coach. Harus kritis dan inisiatif.
  • Segala biaya pelatihan patut menjadi beban siswa sepenuhnya. Kalaupun ada inisiatif dari seorang Coach untuk menanggung biaya pelatihan sepenuhnya atau sebagian, harus selalu dicatat itu hanyalah kebijaksanaan dari seorang Coach atas beberapa pertimbangan misalnya melihat kondisi keuangan murid, BUKAN kewajiban dan seorang murid semestinya ada rasa MALU.
Berkenaan dengan ini ada 2 regulasi perguruan,
  • Pertama ditujukan ke Coach dalam rangka recruitment process dan tentunya TIDAK DIBACAKAN di depan Casuals (hanya untuk diri Coach sendiri):
    • Universal Synergy regulation requires coaches represent the instituion (Unisyn) to view every candidate student (Casuals) as an intending CLOWN (not serious) until the candidate proves otherwise
  • Kedua ditujukan ke Casuals, tentunya DIBACAKAN dan untuk Coach itu sendiri sepanjang Coach tersebut berstatus siswa perguruan:
    • Every student of Unisyn shall be presumed to be a burden unless he or she can convinces otherwise.
      • Therefore, students must overcome this presumption by demonstrating that their intended purpose is:
        • to study only and
        • never want to be supported, especially in finance and
        • not to be a burden to the Coach

Selesai dibacakan klausul di atas dan jika Casual tersebut dinyatakan layak menjadi Associate, maka Interview diakhiri dengan penandatanganan Coach-Student Rights & Obligation.
Demikianlah penulisan mengenai Be A Unisyn Student di fase Transitory. Untuk penulisan di fase fase berikutnya (bukan di Blog ini, melainkan di Unisyn Blog.com), akan dibawakan oleh kolega saya Setia Kelana yang kebetulan menjabat sebagai Unisyn Principal 2015.

0 comments:

Post a Comment