Author: Larasati Cg

Larasati
Passive Income, dua kata sakti ini ternyata cukup memukau para pembaca begitu perguruan Unisyn diperkenalkan di publik ke milis Yahoo Groups di sekitar tahun 2006. Orang kemudian dibikin terhenyak setelah para murid di perguruan ini punya beberapa nilai unggulan lainnya di ke empat pilar yang wajib di bangun dalam pelatihannya yang disebut Uni-G.
Orang lalu banyak bertanya, apakah mungkin penghasilan pasif itu diperoleh dari bisnis bisnis yang membuat kesuksesan itu? Sebab kebanyakan orang tahunya penghasilan pasif itu hanya diperoleh dari bisnis tak jauh dari multi-level marketing. Sedangkan bisnis yang dikerjakan oleh para operatif Unisyn itu sangat beragam. Kita tahu produk di dunia itu hanya ada 2 kemungkinannya: produk barang atau produk jasa atau kombinasi keduanya. Jenis bisnis para siswa yang sudah sukses datang dari bisnis kuliner, foto dan video pernikahan, daur ulang gulma (eceng gondok), kulit binatang yang disamak, kursus dan bimbingan belajar bahkan penghasilan hanya dari bisnis penyewaan PS atau Play Station! Lho kok bisa?
Bisa jika tahu rahasianya! Menurut info malah ada 2 orang teman dekat Pelatih Top perguruan ini, suami istri, yang berusaha mengejar dan mengorek rahasia passive income dan sudah tentu mereka tak berhasil mendapatkannya. Sebab bukan saja syarat utamanya harus dulu menjadi siswa perguruan ini bahkan di tingkat yang cukup tinggi barulah rahasianya diturunkan! Itupun sedikit demi sedikit sejalan proses belajarnya.
Tapi agar pembaca tidak terlalu penasaran, saya sedikit beri bocoran mengenai itu dan ini sudah dapat izin dari The Bridge Unisyn.
Satu hal yang pasti: passive income hanya terjadi bila sudah ada massive income. Artinya? Jika anda belum punya bisnis yang menghasilkan aliran pendapatan yang masif tapi sudah ingin punya penghasilan pasif, ini namanya baru terbatas mimpi di siang bolong. Sedangkan agar seseorang bisa mencapai penghasilan yang masif itu kita semua tahu banyak sekali kriteria yang menentukan. Antara lain, sales dari barang atau jasa dagangan kita harus luar biasa! Nah ini. Di Unisyn mengutip istilah keren dari teknologi: VLSIC siingkatan dari Very Large Scale Integrated Circuit. Memang pinjam dari istilah hi-tech > skala penjualannya harus Very Large Scale dulu dan harus ada sistem yang canggih terpadu.
Anda ingin menyaingi jual Burger ala McD? Seberapakah enaknya burger bikinan anda? Jika sudah setara atau lebih enak dari McD bisakah anda menyaingi MCD? Tunggu dulu. Sudah ada sistem di bisnis anda atau belum? Ini dia, bisnis anda harus punya sistem yang solid dulu.
Kita mundur sejenak. Produk anda (barang atau jasa) sudah hebat belum? Ini dulu. Hebat itu menurut anda atau menurut siapa? Produk produk dari hasil karya siswa Unisyn bukan cuma kualitasnya teratas dan terjaga karena bukan cuma terbatas sudah hasil lolos uji dari para coach tapi test pasar sudah membuktikannya! Hasil minuman anggur dari bikinan saya sudah terbukti diterima oleh lidah orang orang Perancis tapi sebelum ke arah pencapaian itu entah sudah berapa ratus botol yang ditolak oleh Coach saya, Dewi Ratna.

Wine merupakan minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan. Umumnya, orang mengenal dua jenis wine yaitu red wine (anggur merah) dan white wine (anggur putih). Jenis anggur. Jenis anggur untuk red wine terdiri dari Cabernet Sauvignon, Shiraz atau Syrah, Merlot, dan Pinot Noir. Pinot Noir sendiri memiliki aneka jenis seperti Cabernet Franc, Barbera, Dolcetto, Gamay, dan lain-lain. Sementara untuk jenis anggur white wine antara lain Chardonnay, Riesling, Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon. Semillon juga memiliki beberapa jenis seperti Gewürztraminer, Muscat, Viognier, Gruner Veltliner, Pinot Blanc, dan lain-lain. Wine tergantung dari kecocokan. Wine sangat tergantung dari lidah, pengalaman, dan preferensi seseorang. Belum tentu botol seharga 30 juta bisa kita nikmati. Namun berkat latihan olah indra ke 6 dari Optimizer di Pilar 1, coach Dewi bisa tahu kekompleksitasan rasa dan aroma wine buatan saya. Dia tahu adanya keseimbangan antara asam, sepet, pahit, manis,….. Wine yang baik adalah wine yang seimbang dan mengalami proses pendewasaan. Di pasar dunia kompleks rasa suatu wine, maka harganya pun semakin mahal. Disamping itu, ada lagi “after taste” merupakan cita rasa yang tertinggal setelah cairan wine diteguk
Coach saya orangnya perfeksionis (perfectionist), punya cita rasa tinggi mirip pelatihnya di Jakarta makanya murid Unisyn menjulukinya dengan istilah Excellent taste hingga citra Aristokrat! Sangat sulit sekali memperoleh Green Light darinya. Coach Dewi yang biasa kami panggil Mad Jo (Madmoiselle Josephine) pernah berkata: “Les qualités, ça va, on trouve toujours. … Et puis, citer ses qualités, c’est tout à fait cohérent avec la ligne de l’entretien … Alors , on n’y pense même pas ! … Pourquoi ne pouvez-vous pas dire « je suis perfectionniste … Cela ne me pose aucun souci mais j’ai du mal à changer mes habitudes de travail”. [Qualities are good, we always find. … And then, to quote its qualities, it is quite coherent with the line of the maintenance … So, one does not even think about it! … Why can not you say “I’m a perfectionist … I’m not worried about it, but it’s hard to change my work habits”.}
Perfeksionis artinya ingin segala sesuatu menjadi sempurna. Di perguruan kami, Coach Dewi hanya contoh kecil saja karena seluruh coach Unisyn memang seperti itu; mereka kuatir membuat kesalahan, berhati-hati dalam berpikir bukan saja sebelum bertindak, juga sebelum berucap.
Untuk sebagian dari kita, perfeksionisme bisa mendatangkan hal-hal terbaik dalam hidup, berusaha memuaskan pelanggan (customer orientation), mengendalikan masa depan meski Perfeksionisme bisa menghabiskan energi, merumitkan hal yang paling mudah… Seringkali terjadi, karena terlalu driven to meet professional and personal goals sehingga para murid Unisyn tak terlihat bisa duduk tenang bersantai dan menikmati waktu luang tanpa merasa bersalah (kecuali mereka lagi meditasi).
Biasanya para murid punya persamaan karakter:
- Kuatir membuat kesalahan
- Kuatir membuat keputusan yang salah
- Dedikasi tinggi pada pekerjaan
- Terlalu hemat
- harus yakin mengikuti aturan
- Emotional guardedness
- Sangat berhati-hati
- Tekanan dari dalam diri untuk menggunakan setiap menit dengan produktif
Ciri obsesif yang ada pada kepribadian mereka sangat dominan dan tak bisa ‘dibengkokkan’. Sebetulnya murid Unisyn lebih tepat disebut High Achiever dari pada Perfeksionisme. High achiever, seperti perfeksionis, ingin menjadi orang yang lebih baik dan mencapai hal yang besar. Tapi tidak seperti perfeksionis, high achiever menerima kalau membuat kesalahan dan memiliki resiko gagal adalah sebagian dari proses pencapaian – and part of being human.

Mereka menjadi high achiever tanpa menjadi perfeksionis. Orang yang banyak pencapaiannya dan tetap sehat secara emosional biasanya memiliki hal berikut:
- Menentukan standar yang tinggi tapi sanggup dicapai
- Menikmati proses, bukan hanya hasil
- Bangkit dari kekecewaan dengan cepat
- Tidak lumpuh karena kekuatiran dan takut gagal
- Melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk berkembang dan belajar
- Bereaksi positif pada kritik membangun
Itu semua langkah murid perguruan dalam menerapkan kebijakan satu kata yang disebut Total Quality Control. Memang begitulah, High Achiever dibarengi TQC dan untuk pencapaiannya dalam bisnis bisnis para siswa selalu dibentuk QCC (Quality Control Circle) atau Gugus Kendali Mutu.

TQC sangat diterapkan dalam Teori Kaizen. Kaizen berasal dari Bahasa Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Di Cina kaizen bernama gaishan di mana gai berarti perubahan / perbaikan dan shan berarti baik / benefit.
Quality control harus jelas, harus benar dari awal. Zero defect disisipkan dalam aktivitas QCC bukanlah sebuah program motivasional, melainkan sebuah tujuan yang harus dikomunikasikan kepada seluruh personel di GKM bisnis para siswa dengan maksud yang tepat dan menanamkan sebuah pola pikir bahwa setiap orang harus melakukan pekerjaan dengan benar sejak awal; bukan asal asalan. Para murid Unisyn memasukkan indikator zero defect ke dalam “Absolutes of Quality Management”.
Harga dari sebuah kualitas
Permasalahan dari dulu untuk kebanyakan bisnis yang dibangun adalah masalah biaya demi terciptanya produk yang bermutu bagus. Kenapa biaya? Karena untuk dapat menghasilkan produk yang sempurna, maka pebisnis harus menginvestasikan waktu dan sumber daya lebih banyak. Hal ini menjadi syarat utama dalam menerapkan program Zero Defect.
Tapi filosofinya adanya konsekuensi untuk produk yang tidak berkualitas adalah akan memakan biaya yang lebih banyak lagi. Karena itu, muncul lah slogan “Do It Right First Time”bukan sekedar “Just Do It” dan akhirnya ke Zero Defect ini.
Proses manufaktur yang tidak efisien juga menyebabkan bahan bekas makin menumpuk dan tentunya akan memakan waktu dan pengerjaan ulang yang lebih mahal. Konsep Zero Defect menekankan bahwa kualitas dapat tercapai dengan adanya keselarasan antara produk yang di buat oleh bisnis dengan kebutuhan/kepuasan para pelanggan.
4 prinsip dari program Zero Defect
Program dari “Do it Right First Time” ini sebenarnya tidak bisa membuat para anggota Team (Teamwork) bebas dari melakukan kesalahan, namun justru lebih mendorong semua anggota team pada tindakan perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan. Jaminan produk yang berkualitas itu ada pada peran manajemen yang dalam hal ini adalah murid Unisyn. Tujuan utama dari program Zero Defect adalah untuk menjaga mutu dan meningkatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan orang-orang.
Dan berikut 4 prinsip dari Zero Defect :
1. Kualitas adalah hasil dari keselarasan antara produk dengan permintaan pasar
Setiap produk atau jasa memiliki persyaratan tertentu berdasarkan kebutuhan pasar. Sehingga indikator produk yang bermutu adalah saat produk yang dibuat perusahaan berhasil digunakan optimal sesuai permintaan pasar.
2. Mencegah kerusakan lebih baik dilakukan pada proses awal dibanding saat masuk proses quality control
Dengan begini bisnis bisa lebih menghemat banyak sumber daya, baik dari segi manusia maupun uang yang akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan dan perbaikannya. Misalnya, kondisi rem pada sepeda motor. Jika ditemukan kerusakan pada rem, maka akan lebih baik jika perusahaan tidak melakukan proses produksi ke tahap berikutnya, melainkan memperbaiki kerusakan tersebut lebih dulu, karena ini akan lebih meminimalkan biaya.
3. Mutu kualitas tidak bisa hanya mendekati tapi harus Zero Defect
Jika produk buatan bisnis tidak memenuhi harapan dari kebutuhan orang-orang, maka produk tersebut tidak bisa di bilang produk yang berkualitas, meskipun kenyataannya produk tersebut hampir sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
4. Kualitas diukur berdasarkan harga – Price of Non Conformance (PONC)
Ini adalah prinsip kunci nya, Unisyn sangat yakin kalau setiap cacat yang muncul itu ada biayanya. Sehingga, untuk menemukan dan memperbaiki cacat ini, perusahaan harus menerapkan langkah-langkah seperti, inspeksi, waktu, rework, scrape, dan mengumpulkan data kepuasan pelanggan. Langkah-langkah ini jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, setiap langkah yang dilakukan untuk memperbaiki cacat tersebut, harus dipertimbangkan dengan tetap menjaga kualitas.


