Author: Wiwiek Setiawan (W W Kwong)

Equitas Club, MGM dan beberapa komunitas lain yang saya ketahui mencoba menerapkan konsep Uni-G dalam pelatihan sukses. Terakhir saya dengar Infinity Club juga dicanangkan akan menerapkannya. Memang, Tokoh Pendiri Unisyn sepakat membagi ilmunya ke banyak orang, sesuai dengan komitmen yang diberikan beliau ke para petinggi beberapa komunitas itu. Formulanya kemudian diramu kembali oleh pak Tino Vitri dalam konsep yang dinamakanOrca (Organized Courses for A achievement). Orca ini kandungannya jika ditotal adalah 25% dari Uni-G. Publik bertanya, kenapa 25%? Kenapa tidak 100%? Ayo, sadarilah! 25% saja cukup bisa membuat para pesertanya bergelimpangan, mundur tanpa berita atau ‘pertapa’ alias pergi tanpa pamit.
Di perguruan Unisyn, Faktor keberhasilan membangun Pilar 2 muridnya dalam berwirausaha bukan hanya dilihat dari seberapa keras anda bekerja, tetapi seberapa cerdas anda melakukan dan merencanakan strategi serta mewujudkannya; disamping beberapa faktor lainnya seperti: Faktor peluang. manusia (SDM), keuangan. organisasi. perencanaan dan lain lain.
Namun dari kesemua itu banyak orang yang salah menyangka, sungguh, seakan akan Unisyn merupakan lembaga melatih kesuksesan. Tapi kami sebagai orang dalam tidak sepenuhnya menyalahkan. Sebab di sekitar tahun 2000an di masa penggabungan manajemen perguruan dengan beberapa klub (Equitas, MGM dan beberapa lainnya) dimana beberapa komunitas ini punya tujuan seragam: yakni Kesuksesan dan dari sinilah publik lalu memukul rata seakan akan perguruan juga sama, bertujuan melatih sukses. Padahal sesuai brand message Unisyn: X-over Life Survival Training Program; BUKAN ‘Success’ Training Program. X-over karena pelatihannya dari berbagai Skills dan Knowledge. Dari awal pendirian landasan misinya adalah melatih untuk survive; apakah city survival, urban survival, jungle survival hingga desert dan snow survival. Jadi mohon agar dibedakan antara pelatihan sukses dan pelatihan bertahan hidup (survive); seakan sama, serupa tapi tak sama.

Jungle Survival
Sebagaimana banyak yang sudah mengetahui, di perguruan ini ada 4 Pilar yang disebut 4P4S (4 Pillars 4 Success) atau 5 Pilar:
- Physical Intelligence (PQ)
- Financial Intelligence (FQ)
- Mental Intelligence
- Brain Intelligence (IQ)
- Emotional Intelligence (EQ)
- Spiritual Intelligence (SQ)

Masih ada unsur satu lagi yang membedakan kami, yakni adanya konsep Adversity quotient (AQ). AQ dikemukan oleh Stoltz sebagai wacana mengenai kualitas pribadi yang diperlukan seseorang untuk meraih kesuksesan di segala aspek kehidupannya. Konsep ini merupakan hasil penelitian selama 19 tahun dan penerapannya selama 10 tahun serta melibatkan laporan dari 7500 orang yang pernah mengikuti seminarnya.
Melalui konsep AQ ini, Stoltz memberikan teknik yang menjamin individu menjadi seseorang yang lebih psroduktif, kreatif dan kompetitif sekaligus mampu mengurangi lingkungan yang terus berubah dan bergejolak, serta dapat mengatasi ancaman-ancaman dan kegagalan-kegagalan yang dialami.
Adversity quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup, dalam hal ini tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap kesulitan hidup.
Sekarang coba lihat salah satu saja dari 4 atau 5 poin di atas dan misalkan, faktor PQ (Physical Quotient), disamaratakan isi materi pelatihannya dengan Unisyn, apa akibatnya?
Aspek Fisik: dalam kondisi apapun siswa Unisyn harus sanggup berlari jarak jauh sambil membawa ransel, large shoes dan beberapa perlengkapan (termasuk tenda) berkilo kilogram dengan hanya satu yang dipikirkan,yakni lulus dari pelatihan yang sangat keras serta brutal itu. Bisa dikatakan brutal karena seorang siswa yang sebenarnya mengalami cedera dan berlari sambil terpincang-pincang tetap diijinkan mengikuti pelatihan/pengujian selama dirinya masih merasa mampu. Tak ada yang menolong atau membantunya ketika siswa berlari terpincang-pincang itu tertinggal. Pasalnya tidak ada kata mundur dalam pelatihan. Mundur berarti gagal dan harus mengulang lagi di sesi berikutnya dan jika sampai dua kali gagal berarti cancellation.
Di Pilar 4 dalam Ujian Moral of Steel, diuji aspek spiritual. Contoh, seorang murid wiraswastawan ingin sukses kaya raya dari bisnisnya dan harus lulus uji spiritual contohnya bermalam sampai pagi berdiam diri/meditasi di Lawang Sewu (Semarang) seorang diri. Apa jadinya? Sebelum mulaipun sudah menolak mentah mentah. Pastinya bergumam, “saya ini maunya kaya raya dari usaha bisnis saya sendiri, kenapa dengan bersusah payah harus ketemu iblis?” Disinilah dari sudut pandang saja sudah bertolak belakang. Bermeditasi di Unisyn bukan untuk tujuan ketemu setan, tapi dinilai derajat kepasrahan murid tersebut kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.Sekarang bagaimana dengan Pilar ke 3 ?
Semakin hari dan tahun ke tahun, perguruan Unisyn semakin tertutup rapat. Kerahasiaan menjadi kunci orgaisasi ini dan demikianpun aktivitas para muridnya dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Salah satu tugas Unisyn operatif adalahmencari informasi dan mengolahnya sebagai laporan yang baik. Seorang murid yang andal tak hanya mencari informasi di media massa atau internet, tapi ia akan pergi ke lokasi dimana informasi bisa didapatkan, apakah itu rumah tempat tinggal, tetangga rumah terdekat, kantor dimana bisnis dilakukan, sekolah bahkan rumah sakit untuk melakukan cek, ricek, dan kroscek mengenai subyek dan obyek yang sedang digali informasinya. Pelajaran Marketing Intelligence dari Philip Kotler betul betul dilaksanakan. Kemampuan analisis dan sintesis merupakan hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki seorang personel, selain kewajibannya dalam menjaga kerahasiaan. Juga menekankan pentingnya kecepatan dan keberanian seorang operatif dalam mengambil keputusan. Makanya selalu ditekankan kepada setiap operatif Unisyn agar memiliki kedalaman berpikir seperti intelektual, kecepatan gerak seperti wartawan, dan ketegasan sikap seperti militer. Ketiga dasar itulah yang pada akhirnya menjadi cerminan seorang murid Unisyn, veloc et exactus, yang artinya cepat dan tepat. Selalu cek, ricek, dan kroscek setiap informasi yang diterima.
Lalu berkaitan dengan ini, kita ambil contoh penggemblengan Pilar 3 a dan b atau Mental of steel. Bagaimana seorang operatif setelah tidak tidur lebih dari dua malam dengan kondisi mata sudah hanya 5 watt (ngantuk) disuruh menghafal isi text book yang belum pernah dibacanya. Saya ingat dulu disuruh pilih satu dari buku ini:
- Focal Point by Brian Tracy.
- Purple Cow by Seth Godin.
- The Compound Effect by Darren Hardy
- 4 Hour Work Week by Tim Ferriss.
- The One Minute Manager by Kenneth Blanchard.

Saya pilih The Compound Effectdari Darren Hardy. Waktu membaca buku sengaja diputar berbagai variasi musik mulai dari hard rock, classics keras, jazz yang nadanya sangat mengganggu dan volumenya amat keras. Saya diberi batasan waktu untuk selesai membacanya, masih dalam keadaan mengantuk ngantuk dan selesainya harus menjawab 50 pertanyaan mengenai buku itu secara tertulis.
Nah, apa jadinya jika pelatihan dan pengujian seperti itu diberlakukan untuk klub atau komunitas di luar Unisyn? Sanggupkah lulus?



