
Nirmala Asri
COLD APPROACH II
Cukup banyak yang bertanya kepada saya berapa lamakah seorang Coach dari mulai mengenal seseorang hingga kemudiannya terjadi Cold Approach. Jawabannya sangat relatif, tidak ada ukurannya. Saya ambilkan contoh seorang coach yang memang sudah piawai sekali dalam hal rekrutmen, yakni HD Coach – Tokoh Besar Perguruan, beliau hanya dalam hitungan jam sudah cukup melihat adanya potensi tersembunyi dalam diri seorang Susi Rusanti yang kala itu masih berumur 13 tahun dan sang calon siswi inipun langsung berminat. Di lain waktu, orang yang sama, The Conceptor atau HD Coach, perlu lebih dari 5 tahun sampai bisa meyakinkan Larasati. Tidak ada acuan yang pasti disini.
Setelah seorang Coach Unisyn melihat adanya antusiasme dan respons positif dari relasinya yang sudah cukup lama dipandang potensial, barulah sedikit demi sedikit disampaikan ke calon siswa potensial mengenai perguruan Unisyn. Biasanya Coach tersebut menceritakan tentang perguruan sambil lalu saja. Inilah Cold Approach.
Preemptive Level:
- Cold Approach
- Brush Contact
- SQ 0: Casual
BRUSH CONTACT
Selanjutnya setelah Recruiting Coach merasa yakin relasinya layak menjadi calon siswa Unisyn, barulah tahap berikutnya Brush Contact masuk. Disini ia akan menjelaskan lebih terperinci dan agak lengkap mengenai perguruan ini. Sebelum kita lanjut pembahasan ini, mungkin diantara anda masih belum tahu apa dan bagaimana Unisyn itu sendiri.
The universal Synergy merupakan suatu program pelatihan kesuksesan dengan konsep Cross-over atau dalam bahasa Inggris didefinisikan the process of achieving success in a different field or style (proses pencapaian sukses melalui berbagai ragam bidang dan cara). Perguruan ini memiliki definisi sendiri atas SUKSES. Unisyn percaya bahwa awal dari peta jalan menuju sukses titik berat pertamanya adalah bagaimana bertahan hidup; bahwa hanya orang dengan kemauan yang kuat, keras, dapat menghadapi dan menaklukkan kejamnya kehidupan, apakah itu berupa tantangan atau ancaman atau hambatan atau gangguan. Dari itulah Brand Description perguruan ini: X-over Life Survival Training Programs.
Dibutuhkan latihan yang keras, disiplin yang ketat dan penderitaan hebat demi meraih sukses. Kemampuan ini sebenarnya menjadi faktor paling penting untuk membangun, untuk membangkitkan kekuatan raksasa yang tersembunyi (awaken the giant within) di dalam tubuh setiap manusia; kekuatan untuk membangun pola pikir yang dahsyat.
Dalam Perguruan UNISYN ada 4 Pilar Kehidupan yang dipercaya bisa membangun kesuksesan seseorang dan pilar pilar tersebut dinamakan 4P4S (Four Pillars For Success):
- Kesehatan (1);
- Keuangan (2);
- Kebijakan, dimana di dalamnya ada 2 Pilar:
- Pola Pikir (3);
- Spiritual (4)
“Try not to become a person of success, but rather try to become a person of value.”
—Albert Einstein
- Pillar Building Programs:
- Health Pillar – 1st Pillar Program dengan training programnya disebut Health Module (Physical Quotient; PQ)
- Wealth Pillar – 2nd Pillar Program (Financial Quotient; FQ)
- Wise Pillar:
Mindset Pillar – 3rd Pillar Program:
- Intelligence Quotient (IQ) sebagai Sub Module
- Emotional Quotient (EQ) sebagai Sub Module
Spiritual Pillar – 4th Pillar Program (Spiritual Quotient; SQ)
Untuk mempermudah mengingatnya, rekan Aylen memberikan alternatif pembangunan Pilar menjadi 5 (lima):- Health Pillar – 1st Pillar Program dengan training programnya disebut Health Module (Physical Quotient; PQ)
- Wealth Pillar – 2nd Pillar Program (Financial Quotient; FQ)
- Intelligence Pillar – 3rd Pillar Program (Intelligence Quotient; IQ)
- Emotional Pillar – 4th Pillar Program (Emotional Quotient; EQ)
- Spiritual Pillar – 5th Pillar Program (Spiritual Quotient; SQ)

Apa sebabnya perguruan ini lebih memilih menciptakan tolok ukur sendiri selain Quotient? Perguruan ini memandang bahwa selain kelima jenis kecerdasan di atas (PQ, FQ, IQ, EQ & SQ) masih ada unsur lain yang yang memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan hidup atau karir seseorang yaitu AQ (adversity quotient). Ini sejalan dengan Brand Description perguruan: X-over Life Survival Training Programs. Adversity Quotient (AQ) yang dikembangkan oleh Dr Paul Stoltz dalam bukunya – Adversity Quotient: Turning Obstacles Into Opportunities. (April 21, 1997)

Adversity quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup, dalam hal ini dilihat dari tidak mudahnya menyerah dalam menghadapi setiap kesulitan hidup, ketangguhan, ketenangan dalam menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari alternatif solusi masalah. Kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan pasif mengatasi kesulitan. Ketahanan ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi kesulitan akan menghadapi, bukan menghindari, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa.
Kenapa Adversity Quotient? Kenapa seseorang di perguruan ini dituntut harus Tanggap (Smart Responsive Brain), Tangguh (Mental Toughness) dan Trengginas ( Dynamic Physical Stability)?
“No masterpiece was ever created by a lazy artist.” –Anonymous.
Jika diterjemahkan bebas untuk kutipan di atas: Orang malas tidak menghasilkan apa apa.
Abraham Lincoln: “Things may come to those who wait… but only the things left by those who hustle.”
Juga kami percaya bahwa, “It pays to be a winner”, apa yang dijadikan slogan US Navy SEAL. Hal serupa kami punya slogan dalam pelatihan: ”Hard Training, Tight Disciplne & Severe Suffering”.

UNISYN Desert Jogging


