Author: Susi Rusanti

Acara tradisi Tulta Munille atau Level Up selalu diwarnai kecerahan muka siswa setiap kali dinyatakan ‘berhasil naik tingkat’. Sebab kami semua tahu untuk ‘cuma’ naik tingkat di perguruan Unisyn itu sesuatu yang berat dicapai, perlu perjuangan ekstra keras.
![]() |
| WW Rostow |
Kali ini saya sedang tidak membicarakan apa EF itu. Sebab, sebetulnya ada event jauh sebelum EF yang maknanya juga jauh lebih mengena dihati dibandingkan moment saat kita menerima EF Recognition; ialah FF atau Financial Freedom Recognition.
- FF adalah kondisi dimana seorang siswa dinyatakan sudah BEBAS KEUANGAN. Sebelum FF ada:
- FI atau Financial Independent Event dan sebelum FI ada keadaan:
- TO atau Take Off yakni kejadian dimana seseorang MULAI menerima massive (active) Income, pendapatan yang dinilai Coach luar biasa dahsyatnya. Setelah tahap ini “pesawat” kita:
- Geostationary (meluncur) atau Cruising Speed dengan penghasilan yang dinamakan Unstoppable Income (passive income) setiap bulannya terus menerus rutin selama setahun dan besarannya cenderung terus meningkat, meski di awalnya…say…Rp 100 ribu saja, tetapi sudah passive.
Istilah TO diambil dari teori TO dari Walt Whitman Rostow (ada dalam materi T3). Setelah TO, jika penghasilan pasif orang itu sudah bisa menutupi pengeluaran average-dari orang itu akan disebut FI dan selanjutnya setelah Financial Independent jika penghasilan orang itu sudah melebihi ambang batas, cukup besar, barulah disebut keadaan Financial Freedom.
Semua
siswa EF pasti mengakui bahwa peristiwa FF Recognition itu jauh lebih
berkesan dibanding EF. Kenapa? Karena EF hanyalah kejadian meneruskan
kejadian sebelumnya. Begitu peroleh FF kita tahu tidak lama setelah itu
kita ‘pasti’ peroleh TF (Time Freedom) asalkan si FF champion konsisten menjaga kesehatannya dan cermat mengelola waktu dan tak lama setelah itu tahap EF tercapai.
Namun,
peristiwa pencapaian FF adalah luar biasa. Jelaslah, karena di tahap
ini merupakan tonggak sejarah buat orang itu sipenerima FF dinyatakan
sudah bisa bebas uang, bebas membelanjakan keperluan hidupnya sehari
hari dan pengeluaran bulanannya plus pembelanjaan konsumtif (kalau mau)
untuk barang barang lux seperti mobil, rumah, perabotan yang serba mewah
tanpa kuatir uangnya di rekening bank akan habis terkuras. Malahan
selalu cenderung bertambah dan pertambahannya itu bukan baru kita
temukan diakhir bulan, melainkan SETIAP DETIK!!!
Bisakah anda bayangkan jika uang anda di bank bertambah dari detik ke detik? Detik ketemu menit, menit ketemu jam, jam ketemu hari, hari ketemu minggu hingga bulan ketemu bulan? Katakanlah uang anda diseluruh rekening bank bank dimana anda taruh bertambah…Rp 1000,- saja setiap detiknya. Berapakah dalam 1 menit? Rp60.000,-. Kecil ya? Bagaimana dalam 1 jam? = Rp 3.600.000,-. Dalam sehari? Rp 86 juta 400 ribu. Berapakah sebulannya? Rp 2.5 M! Begitulah yang saya alami dari hari ke hari dan terus bertambah. Terima kasih saya tak terhingga buat Unisyn sehingga kami kami ini para siswa EF sudah dibekali tidak saja mental tetapi juga spiritual sehingga keadaan berlimpah uang itu tidaklah membuat kami menjadi lupa diri!
Bisakah anda bayangkan jika uang anda di bank bertambah dari detik ke detik? Detik ketemu menit, menit ketemu jam, jam ketemu hari, hari ketemu minggu hingga bulan ketemu bulan? Katakanlah uang anda diseluruh rekening bank bank dimana anda taruh bertambah…Rp 1000,- saja setiap detiknya. Berapakah dalam 1 menit? Rp60.000,-. Kecil ya? Bagaimana dalam 1 jam? = Rp 3.600.000,-. Dalam sehari? Rp 86 juta 400 ribu. Berapakah sebulannya? Rp 2.5 M! Begitulah yang saya alami dari hari ke hari dan terus bertambah. Terima kasih saya tak terhingga buat Unisyn sehingga kami kami ini para siswa EF sudah dibekali tidak saja mental tetapi juga spiritual sehingga keadaan berlimpah uang itu tidaklah membuat kami menjadi lupa diri!
Kembali
sedikit ingin saya ceritakan bagaimana suasana sewaktu saya pertama
kali dinyatakan mencapai FF di tahun 2006. Suara coach jauh diseberang
samudra ditelpon sewaktu menyatakan saya FF itu seakan akan bagai suara
petir tetapi merdu. Nah, bagaimana tuh? Memang sulit digambarkannya.
Saya menjadi speechless hingga coach perlu sampai berkali kali
memanggil nama saya barulah saya tersadarkan lagi. Selesai saya tutup
telpon itu dan selagi bersiap siap segala sesuatunya menuju Bangkok
karena coach saya kebetulan sedang berada disana. Tak urung berkali kali
saya lihat muka saya dicermin, entah beberapa kali dan sesering itu
juga saya temukan ada senyum kecil di wajah saya. Yah itulah senyum
kebanggaan, kemenangan. Victory. Makanya lagu himne perguruan
salah satunya dipilihkan lagu ini – Victory dari Bond. Juga sesuai
dengan motto Unisyn: We come. We see. We win.
Sepanjang
jalan penerbangan menuju Bangkok dari Moskow ada kemungkinan mereka
yang melihat saya kelihatan aneh. Saya tahu yang saya lakukan waktu itu
apakah sadar dan tidak hanya 2 kemungkinan: senyum senyum kecil atau
menangis, air mata meleleh. Terutama setiap kali saya sedang dengarkan
atau nyanyikan sendiri lagu Freedom dari paul MacCartney. Seakan akan
seluruh kejadian proses sebelum pencapaian FF itu diputar kembali.
This is my right, a right given by GodTo live a free life, to live in freedom
Ya, itulah hak saya untuk punya kebebasan.
Talking about freedom
I’m talking about freedom
I will fight, for the right
To live in freedom
I’m talking about freedom
I will fight, for the right
To live in freedom
Ya, saya bertarung, perjuangkan segenap jiwa raga untuk bisa hidup bebas merdeka, hingga bisa seperti sekarang ini.
Anyone, tries to take it away
Will have to answer ’cause this is my right
Langsung saya
terbayang kembali muka boss saya termasuk boss konglomerat saya (Oleg
Deripaska). Seakan akan merekalah selama ini yang selalu merenggut
kemerdekaan saya.Will have to answer ’cause this is my right
Ternyata
tidak hanya saya yang menangis setiap kali lagu ini diperdengarkan.
Para teman sejawat saya yang kini juga sudah EF pun demikian. Mereka
pasti nangis tiap dengar lagu ini. Termasuk siswa pria.
Di
Bangkok, acara FF dilakukan sederhana sekali. Hanya berupa tanda tangan
coach saya dibalik kartu tanda FF berwarna silver, mirip kartu kredit.
Tapi waktu itu saya ingin lebih dari itu.
Sofitel
Bangkok Sukhumvit, hotel dimana saya sewa banquet-nya saya rubah
interiornya bernuansa biru indigo ala Unisyn. Selesai penandatangan,
segera DJ lokal yang saya sewa disitu sudah saya atur memutarkan lagu:
Yes, Sir I can boogie dan The Emperor Waltz dari Johan Strauss. Segera
saya tarik tangan coach saya dan ‘memaksa’nya berdansa……yang penting
bisa happy.



