Author: Shobha Chugani
Ada 12 tingkat (Levels) di perguruan tempat saya belajar Self Transform yang disebut Square (SQ), mulai dari SQ 1 s/d 12. Sebetulnya dari SQ 0 untuk orang yang belum bergabung, baru lihat lihat dan pikir dulu; disebut Casuals. Setelah SQ 12 murid tersebut lulus dan sudah diangap bukan murid lagi, bahkan tidak mewakili perguruan kami lagi sebagai Envoy (SQ 12) malah sebutannya: Ground (State) diambil dari Zero Point. Disebut demikian karena murid (mantan) dari kategori ini dijuluki “know nothing” alias tidak tahu apa apa. Baru seorang yang memenuhi kriteria ini, dialah Aylen Kwok, yang sering menyebut dirinya 什么都不知道 (Shénme dōu bù zhīdào) atau Know Nothing...komentar anggota MGM:”capek deh....”...yang jelas, julukannya sama sekali bukan Buddha...
karena Unisyn bukan sekte agama. Buddha adalah sebuah gelar untuk seseorang yang telah mencapai pencerahan sempurna.
Selain Tingkat atau Square, ada 4 fase yang harus dilewati oleh setiap murid sejak bergabung dan setiap fase terdiri dari 3 Tingkat. Jadi, apakah itu pembangunan ke tiap 4 (atau 5 Pilar) selalu tiap 3 tingkat melewati 1 fase. Memang namanya mirip sebutan Kasta dalam Hindu. Kasta berasal dari bahasa Spanyol dan bahasa Portugis (casta) yang berarti ras, keturunan, atau suku. Menurut Portugis waktu itu untuk mendeskripsikan pembagian kerja pada masyarakat India. Tetapi persepsi awal pembagian tersebut kemudiannya menjadi tingkatan atau strata. Kenyataannya pada Weda sendiri tidak menjelaskan tingkatan sosial hanya menjelaskan pembagian kerja yg disebut Varna. “Weda itu adalah pengetahuan. Tidak ada yang lebih suci dari pengetahuan,” tutur Jro Bobby Made Yudana (mantan suami saya). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa semua orang boleh membaca semua kitab-kitab suci itu, asal didampingi seorang guru. Sebab, Catur Weda dan kitab lainnya adalah pengetahuan tentang Ketuhanan, sehingga tidak bisa dipahami secara tekstual saja karena bisa menimbulkan multitafsir. Oleh sebab itu, lanjutnya, membaca Kitab Suci Catur Weda harus didampingi seorang guru.
Kita kembali ke Fase dalam Unisyn. Work Force Phase atau Fase pertama dinamakan Shudra dari SQ 1 ke 3. Di 3 tingkat ini pelatihan Uni-G dimulai. Fisik dibangun tidaklah semudah seperti apa yang kita bayangkan. Perlu latihan fisik secara berkala untuk bisa memperkuat tubuh supaya tidak mudah lelah (dan dikalahkan oleh lawan). Tidak hanya tinggi badan yang menjadi standar penentuan kualifikasi tetapi juga badan yang segar dan bugar menjadi kunci kelolosan para murid baru Unisyn. Latihan fisik dalam pembangunan Pilar 1 hanyalah satu dari beberapa Pilar lainnya seperti Pilar Finansial, Mindset dan Spiritual. Sudah tentu di fase ini segala galanya baru dimulai. Bisnis baru dibangun. Di fase ini ada 2 pilihan siswa dalam mencari penghasilan, apakah sebagai E (employee) – you have a job atau SE (self employee) – you own a job. Kemudian, e-book, seminar dan segala sarana membangun Pilar ke 3 atau 5 (emosi) dimana batu batu fondasi Mindset baru diletakkan. Di fase ini siswa masih berada di kuadran kiri, atas atau bawah Robert Kiyosaki.
Fase berikutnya Vaishya yakni Sq 4 ke 6 (Entrepreneur Phase) dalam segi fisik siswa harus lolos ujian yang disebut MOS atau Men of Steel (Pembajaan) di SQ 5.; tapi dibanding fase ke 1 jelas sudah ada progressnya. Dari sektor Keuangan (Pilar 2) siswa sudah mulai pindah bergerak dari kuadran kiri menuju kanan. Mirip Kasta Waisya, siswa disini telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri; apakah pendapatannya sebagai petani, nelayan, pedagang (entrepreneur), dan lain-lain.
Kemudian di fase diatasnya Kshatrija (SQ 7-9) atau dibilang fase menuju sukses (Knight Phase) dengan milestones dimulai dari FI (Financial Independent) ke FF (Financial Freedom) ke TF (Time Freedom) terakhir EF (Effort Freedom) atau Economically Free. Diistilahkan sudah masuk kategori Knight di ke 4 atau 5 Pilar itu. Bukan kerja buat peroleh uang tapi uang bekerja untuk kita. Pendidikan dan pelatihan pun juga tidak terbatas di Unisyn. Selain ijasah formal apakah itu dari strata 2 atau 3, siswa juga kejar diploma dari training dan sekolah yang diakui internasional. Di fase ini siswa melihat sisi lain dari coin, bukan bagaimana menghasilkan uang tapi bagaimana secara bijak mengkonsumsinya. Siswa berada di Kuadran Kanan.

Program pelatihan praktek disini masih banyak masyarakat tidak tahu. Programnya bukanlah foya foya keliling dunia dengan kapal pesiar atau wisata religius, tapi lebih banyak waktu digunakan untuk Alam Semesta mulai dari kontribusi ke masyarakat miskin, difabel hingga wild life, konservasi flora fauna hingga kontribusi penelitian. Program penelitian untuk Corona juga ada disini. Di Fase ini, seseorang murid yang menyandang gelar ini secara bertahap tidak memiliki harta pribadi sesuai ajaran baginda Rasulullah. Semua harta akan menjadi milik Tuhan. Di Square 10, 11 dan 12 Unisyn ini berlaku anjuran hidup sesuai dengan Dhamma dan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kekotoran (batin) akan dapat dilenyapkan, kemudian sesuatu yang baik dapat dikembangkan asalkan melakukannya dengan menghayati dengan penuh kebijaksanaan.
Nah fase terakhir – Emissary Phase. Setelah uang “dilupakan” di Fase Brahmin ini murid akan mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita dan rohaniawan. Hidup menyendiri, solitaire, romote dan hampir terisolasi... Roh dan jasmani bukanlah satu kesatuan. Matinya badan jasmani tidak berarti matinya roh atau jiwa. Roh dianggap sebagai sesuatu yang kekal dan abadi dan apabila pada saatnya seseorang meninggal, rohnya akan tetap ada dan harus berupaya menyatu dengan keabadian itu sendiri. Roh harus menyatu dengan sesuatu yang disebut Maha Kekal dan untuk bisa menyatu dengan sesuatu Yang Maha Kekal, roh tersebut haruslah menjadi roh yang suci dahulu.
Jadi, menjadi kaya bukanlah tujuan akhir dari program pembelajaran di Unisyn. Lebih tepat sesuai slogannya: Survive kemudian mendekatkan diri ke Yang Maha Kuasa.


