Thursday, March 3, 2005

Apa itu Financial Independence?

Author: Otty Hari Widyastuti

a. Joined: 2009

b. Coach: Milus Nyunting

c. Financial Independent 2015

d. Financial Freedom 2017

e. Time Freedom 2019

f. Economically Free 2020




Financial Independence dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang mencapai segala kebutuhannya tanpa harus bekerja. Dengan kata lain, kebebasan finansial merupakan masa di mana kita sudah bebas untuk mengambil keputusan pengeluaran utama kita tanpa ada halangan keuangan.

Bisa dibilang, Financial independence itu ibarat tempat yang ingin kita tuju pertama saat bepergian sebelum mencapai tempat berikutnya yang lebih menyenangkan (melegakan). Ibarat kita telah berlelah lelah berenang menyeberangi lautan berombak tinggi dan mencapai bibir pantai sebuah pulau, dimana di tempat ini kita tidak lagi harus berenang (karena sudah di daratan) tetapi di daratan di pulau itu masih banyak tempat tempat indah yang perlu kita telusuri lagi.

Rekan Sahala Simanjuntak mengilustrasikan keadaan Financial Independence ibarat pesawat terbang yang telah mencapai air borne, tapi coach saya dr Milus Nyunting lebih menyontohkan dengan satelit yang sudah mencapai posisi geo stasioner.

Untuk mencapai posisi itu kita harus gunakan kendaraan yang paling cepat, tepat dan nyaman untuk sampai ke tujuan. Perlu kendaraan atau investasi di mana yang paling tepat dan tepat. Kendaraan yang tepat itu adalah bisnis tepat yang kita pilih untuk membawa kita ke sana sedangkan Uni-G adalah roadmap menuju ke sana dan pelatih adalah navigator kita.

Besaran passive income tiap bulan yang minimum harus diperoleh setiap murid salah satu faktor yang menentukannya adalah tingkat pendapatan dari mayoritas penduduk dengan penghasilan tertinggi di dunia, misalkan Kanada. Negara ini menjadi salah satu negara terkaya di dunia dengan penghasilan rata-rata penduduknya adalah 44 ribu sampai 56 ribu dolar atau sekitar Rp725 juta per tahun. Jika dibagi rata-rata dalam sebulan, satu orang Kanada bisa menghasilkan sekitar Rp60 juta. Tahun 2020 Unisyn Bridge menetapkan besaran Eur 40,000 atau Rp 700 juta per tahun ~ Rp 58 juta/bulan. Dengan penghasilan sebesar ini setiap bulan maka siswa tersebut berhak memperoleh status Financial Independence dengan penghargaan Slave bracelet dari Coachnya.

Gelar Financial Independent diperoleh setelah Square 7. Di status ini, sang siswa sudah memperoleh penghasilan pasif lebih dari cukup tetapi belum memperoleh kebebasan uang dan waktu. Tujuan akhir adalah Economically free. Seseorang disebut economically free jika orang tersebut sudah memiliki kebebasan dalam hal uang, waktu dan ikhtiar. 

Square 8 di level ini siswa sudah mencapai posisi Financial Freedom (di atas Financial Independence - FI). Jika di FI siswa tersebut sudah sanggup menutupi sebagian besar dari pengeluaran bulanannya tanpa masalah, tetapi belum dibilang bebas keuangan. Jika telah mencapai posisi Financial Freedom, maka siswa tersebut bukan saja dapat menutupi pengeluaran besar bulanannya tetapi juga sudah “bebas” dalam keuangan. Jika diukur dalam monetary unit maka besarannya sudah melebihi 10x (sepuluh kali lipat) Financial Indepence atau Financial Freedom (FF): Eur 400.000 atau Rp 6.965.122.705,71 th 2021 atau mulai dari sekitar Rp 583 juta/bulan.

Setelah fase FF, siswa tersebut sudah dianggap bebas keuangan, tapi belum bebas waktu. Bisa saja siswa tersebut masih bekerja setiap harinya. Seorang siswa baru dianggap Bebas Waktu jika ia telah tidak bekerja untuk memperoleh uang tetapi sebaliknya uang sudah bekerja untuknya. Penghasilan pasif minimum seorang Time Freedom adalah 10x lipat penghasilan FF atau Eur 4 juta. Jika diukur setiap bulan berkisar Eur 300 ribu dan terakhir dipandang sebagai puncak dari Kebebasan Pilar ke 2 adalah Effort Freedom atau Economically Free jika sudah berpenghasilan pasif 10x TF atau Eur 40 juta (Eur 3 juta/bulan minimum).






Sunday, February 15, 2004

Mau Hidup Kaya Raya? Apakah harus menjadi Unisyn Student?

Author: Shobha Chugani

 

 Ada 12 tingkat (Levels) di perguruan tempat saya belajar Self Transform yang disebut Square (SQ), mulai dari SQ 1 s/d 12. Sebetulnya dari SQ 0 untuk orang yang belum bergabung, baru lihat lihat dan pikir dulu; disebut Casuals. Setelah SQ 12 murid tersebut lulus dan sudah diangap bukan murid lagi, bahkan tidak mewakili perguruan kami lagi sebagai Envoy (SQ 12) malah sebutannya: Ground (State) diambil dari Zero Point. Disebut demikian karena murid (mantan) dari kategori ini dijuluki “know nothing” alias tidak tahu apa apa. Baru seorang yang memenuhi kriteria ini, dialah Aylen Kwok, yang sering menyebut dirinya 什么都不知道 (Shénme dōu bù zhīdào) atau Know Nothing...komentar anggota MGM:”capek deh....”...yang jelas, julukannya sama sekali bukan Buddha...

Tingkat Kesucian Dalam Agama Buddha - Empat Tingkat Kesucian | Buddhist  Education

karena Unisyn bukan sekte agama. Buddha adalah sebuah gelar untuk seseorang yang telah mencapai pencerahan sempurna.


Selain Tingkat atau Square, ada 4 fase yang harus dilewati oleh setiap murid sejak bergabung dan setiap fase terdiri dari 3 Tingkat. Jadi, apakah itu pembangunan ke tiap 4 (atau 5 Pilar) selalu tiap 3 tingkat melewati 1 fase. Memang namanya mirip sebutan Kasta dalam Hindu. Kasta berasal dari bahasa Spanyol dan bahasa Portugis (casta) yang berarti ras, keturunan, atau suku. Menurut  Portugis waktu itu untuk mendeskripsikan pembagian kerja pada masyarakat India. Tetapi persepsi awal pembagian tersebut kemudiannya menjadi tingkatan atau strata. Kenyataannya pada Weda sendiri tidak menjelaskan tingkatan sosial hanya menjelaskan pembagian kerja yg disebut Varna.  “Weda itu adalah pengetahuan. Tidak ada yang lebih suci  dari pengetahuan,” tutur Jro Bobby Made Yudana (mantan suami saya). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa semua orang boleh membaca semua kitab-kitab suci itu, asal didampingi seorang guru. Sebab, Catur Weda dan kitab lainnya adalah pengetahuan tentang Ketuhanan, sehingga tidak bisa dipahami secara tekstual saja karena bisa menimbulkan multitafsir. Oleh sebab itu, lanjutnya, membaca Kitab Suci Catur Weda harus didampingi  seorang guru.
Kita kembali ke Fase dalam Unisyn. Work Force Phase atau Fase pertama dinamakan Shudra dari SQ 1 ke 3. Di 3 tingkat ini pelatihan Uni-G dimulai. Fisik dibangun tidaklah semudah seperti apa yang kita bayangkan. Perlu latihan fisik secara berkala untuk bisa memperkuat tubuh supaya tidak mudah lelah (dan dikalahkan oleh lawan). Tidak hanya tinggi badan yang menjadi standar penentuan kualifikasi tetapi juga badan yang segar dan bugar menjadi kunci kelolosan para murid baru Unisyn. Latihan fisik dalam pembangunan Pilar 1 hanyalah satu dari beberapa Pilar lainnya seperti Pilar Finansial, Mindset dan Spiritual. Sudah tentu di fase ini segala galanya baru dimulai. Bisnis baru dibangun. Di fase ini ada 2 pilihan siswa dalam mencari penghasilan, apakah sebagai E (employee) – you have a job atau SE (self employee) – you own a job. Kemudian, e-book, seminar dan segala sarana membangun Pilar ke 3  atau 5 (emosi) dimana batu batu fondasi Mindset baru diletakkan.  Di fase ini siswa masih berada di kuadran kiri, atas atau bawah Robert Kiyosaki.
Fase berikutnya Vaishya yakni Sq 4 ke 6 (Entrepreneur Phase) dalam segi fisik siswa harus lolos ujian yang disebut MOS atau Men of Steel (Pembajaan) di SQ 5.; tapi dibanding fase ke 1 jelas sudah ada progressnya. Dari sektor Keuangan (Pilar 2) siswa sudah mulai pindah bergerak dari kuadran kiri menuju kanan. Mirip Kasta Waisya, siswa disini telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri; apakah pendapatannya sebagai petani, nelayan, pedagang (entrepreneur), dan lain-lain.
Kemudian di fase diatasnya Kshatrija (SQ 7-9) atau dibilang fase menuju sukses (Knight Phase) dengan milestones dimulai dari FI (Financial Independent) ke FF (Financial Freedom) ke TF (Time Freedom) terakhir EF (Effort Freedom) atau Economically Free. Diistilahkan sudah masuk kategori Knight di ke 4 atau 5 Pilar itu. Bukan kerja buat peroleh uang tapi uang bekerja untuk kita. Pendidikan dan pelatihan pun juga tidak terbatas di Unisyn. Selain ijasah formal apakah itu dari strata 2 atau 3, siswa juga kejar diploma dari training dan sekolah yang diakui internasional. Di fase ini siswa melihat sisi lain dari coin, bukan bagaimana menghasilkan uang tapi bagaimana secara bijak mengkonsumsinya. Siswa berada di Kuadran Kanan.

cashflow-quadrant-2

Program pelatihan praktek  disini masih banyak masyarakat tidak tahu. Programnya bukanlah foya foya keliling dunia dengan kapal pesiar atau wisata religius, tapi lebih banyak waktu digunakan untuk Alam Semesta mulai dari kontribusi ke masyarakat miskin, difabel hingga wild life, konservasi flora fauna hingga kontribusi penelitian. Program penelitian untuk Corona juga ada disini. Di Fase ini, seseorang murid yang menyandang gelar ini secara bertahap tidak memiliki harta pribadi sesuai ajaran baginda Rasulullah. Semua harta akan menjadi milik Tuhan. Di Square 10, 11 dan 12 Unisyn ini berlaku anjuran hidup sesuai dengan Dhamma dan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kekotoran (batin) akan dapat dilenyapkan, kemudian sesuatu yang baik dapat dikembangkan asalkan melakukannya dengan menghayati dengan penuh kebijaksanaan.
Nah fase terakhir – Emissary Phase. Setelah uang “dilupakan” di Fase Brahmin ini murid akan mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita dan rohaniawan. Hidup menyendiri, solitaire, romote dan hampir terisolasi... Roh dan jasmani bukanlah satu kesatuan. Matinya badan jasmani tidak berarti matinya roh atau jiwa. Roh dianggap sebagai sesuatu yang kekal dan abadi dan apabila pada saatnya seseorang meninggal, rohnya akan tetap ada dan harus berupaya menyatu dengan keabadian itu sendiri. Roh harus menyatu dengan sesuatu yang disebut Maha Kekal dan untuk bisa menyatu dengan sesuatu Yang Maha Kekal, roh tersebut haruslah menjadi roh yang suci dahulu. 

Jadi, menjadi kaya bukanlah tujuan akhir dari program pembelajaran di Unisyn. Lebih tepat sesuai slogannya: Survive kemudian mendekatkan diri ke Yang Maha Kuasa.

Thursday, January 15, 2004

Unisyn Logo


Berikut ini adalah logo Insignia Unisyn:



Maknanya:
  • Berupa vektor, menunjukkan setiap siswa memiliki Dream, Goal, Strategy & Work
  • Mewakili huruf U dari Universal Synergy
  • Hitam dan Putih menandakan Hukum Alam Semesta - The Law of Polarity; selalu ada hitam dan putih, terang dan gelap, pria dan wanita di dunia ini; mewakili konsep Tao Tse Ching.
  • 1 bintang besar di tempat terang menandakan selalu ada seorang coach untuk mendampingi dan sekaligus disebut Pancar atau Center atau Sang Guru Sejati. Dalam tingkat tinggi akan diwakili sebutir Black Diamond. Bintang ini juga diartikan sebagai efek dari Warp Speed (Kecepatan Cahaya) - Diamond Blitz.
  • 4 bintang kecil dalam gelap yang menandakan siswa, sekaligus 4 unsur Tao: Harmony, Symmetry, Balance dan Flow. Juga diartikan: Sedulur Papat. 4 bintang ini akan diwakili 4 Diamonds. Dalam faktanya ada 4 siswi di Unisyn yg merupakan murid murid pionir dengan peringkat tertinggi: Aylen Kwok, Dewi Ratna, Susiana Rusanti dan Shoba Chugani. Di lingkungan perguruan mereka dijuluki The 4 Angels. Kemudian disusul 4 layer siswa pria: Rowen MFE, Won Wie Kwong, Setia Kelana, Sonny Wahyu Wicaksono (baru saja meraih EF). Terakhir baru menyusul 4 EF dan calon EF: saya, Shobha Chugani, M Ashraf KA, Zizette Mahmoud. Segera menyusul 2 dokter calon EF: dr Milus Nyunting & dr Nirmala Chandra Asri; kemudian calon Financial Independent tahun ini: Larasati, Hwang Eun Hee dan Contessa di Contini, Encik Tauhid.
Perguruan juga menggunakan tulisan dengan font khas yang juga digunakan untuk media tertentu:
dan juga berupa singkatan untuk menggantikan logo insignia untuk media seperti letter head:

Tuesday, December 16, 2003

Operatif Dianty

Dianty Aswita seorang tamatan SMA, tidak lanjut kuliah, itu info terakhirnya di tahun 2010.  Kecuali ada perubahan data setelah tahun itu.
Dianty adalah 'Right Hand' dari Mad Jo. Mereka bertemu dan berkenalan di tahun 1999 di Sogo Plaza Indonesia. Waktu itu Dianty berprofesi sebagai Beauty Consultant untuk produk Estée Lauder (Amerika). Setelah berkenalan dengan MJ dirubah oleh MJ dengan modal dari MJ untuk mewakili produk Lancôme, Paris. 
Setahun kemudian Dianty dikenalkan ke Aki-hito oleh MJ untuk dititipkan berlatih ilmu perguruan mengingat Aki lokasinya sama sama di Jakarta sedangkan MJ di Paris. Mulai tahun itu Dianty berlatih Unisyn. 
Dari komisi penjualan sebagai beauty consultants kenyataannya agak susah mencapai multiplier effect. Kebetulan gadis asal Sukabumi ini, Cina Sukabumi, sering pulang rutin setiap minggu menemui orang tuanya. Dalam suatu kesempatan Aki diajak Dianty ke rumahnya di Sukabumi. Dari observasi Aki di Sukabumi inilah beliau terinspirasi untuk mengusulkan ke Dianty agar di kampungnya berternak ikan mas air deras. Mulailah Dianty mencoba bisnis ini.
Atas bimbingan dari Aki, ternak ikan masnya berkembang pesat, berkembang biak, berlimpah. Dianty dan kedua orang tuanya merasa senang dan bahagia. Dia dengan cepat posisi keuangannya melewati critical mass dan mencapai FI di tahun 2006.
Setelah ini terjadi beda pendapat antara Aki dan keluarga Dianty. Sudah tentu bukan lagi soal pelatihan, melainkan hal klasik, soal balas jasa. Aki menolak balas jasa yang sudah mengarah ke hal pribadi. Ini membuat kemarahan Dianty. 
Sekarang ini Dianty menetap di Luar negeri tetapi tidak diketahui di negara mana. Kabar terakhir dia sudah FF di tahun 2010.



Thursday, November 20, 2003

Cell System


Author: Susiana Rusanti


    Sebetulnya sudah sepatutnya kami para siswa perguruan berterima kasih atas kemunculan Equitas Club, meski dampaknya tidak secara langsung. Jauh sebelum Klub didirikan di tahun 2006, perguruan sudah ada. Saya masih ingat betul bagaimana pelatih saya di awal pertemuan menawarkan bimbingan menuju kesuksesan dengan tanpa dipungut biaya apa apa. Sudah tentu saya tidak menampiknya. Mulailah kemudian pelatihan di mulai, minggu  ke ketemu minggu, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun. Saya tidak pernah menanyakan waktu itu apakah sudah ada dari yang dilatih itu berhasil meraih impiannya. Sebab saya tahu betul saya termasuk pilot project dengan kata lain ‘merintis’. Tidak jarang dalam kurun waktu itu ada bertanya tanya dalam hati saya apakah pelatihan ini betul akan menggiring saya ke kesuksesan. Istilah orang Sunda – pamali. Saya hanya dengar cerita dari coach mengenai Yuningsih Ambar, sisinya di Ambon yang berhasil mencapai Financial Independent di th 1996 dan itupun tahunya secara kebetulan saya melihat foto foto waktu recognition mbak Ningsih yang dirayakan sederhana dengan keluarganya dan saya melihat ada coach saya di foto itu. Coach saya kalau soal hal hal seperti ini sangat tertutup. Beliau berprinsip ‘kalau mau belajar, seriuslah, tanpa harus lihat kanan kiri’. Komentar serupa itu juga waktu saya pernah utarakan keinginan saya untuk bertemu mbak Ningsih. Saya malah dihujani pertanyan:”Lalu kalau Susi sudah ketemu dia, Ningsih, lalu bagaimana? What next?” “Apakah dengan ketemu Ningsih berakibat Susi bisa ketularan menjadi FI?” dan masih banyak pertanyaan lain lagi yang akhirnya membatalkan niat saya ketemu kakak seperguruan saya.
    Yuningsih
    Sistem di perguruan Uni-Syn memang dirancang seperti itu – Cell System. Setiap siswa hanya boleh tahu pelatihnya langsung (Direct Coach). Kebetulan pelatih saya tidak punya pelatih lagi. Tapi waktu saya mengangkat Zizette Mahmoud sebagai murid, dia dulunya hanya tahu 1 orang saja, yaitu saya. Berturut turut selanjutnya. Sewaktu Zizette mengangkat Ashraf sebagai siswa, harusnya dia hanya tahu Zizette sebagai coach. Hanya kebetulan saja Ashraf kenal saya dulu kemudian saya kenalkan Zizette sebagai coach buat dirinya.Selalu begitu. Praktis dulunya saya tidak mengenal siapa itu Setia Kelana, siapa Dewi Ratna dan siapa siapa lagi yang sekarang mereka menjadi kolega saya di Unisyn

    Setelah Equitas Club berdiri dan berjalan sekitar 6 bulan secara kebetulan saja saya tahu bahwa coach bersama beberapa temannya mendirikan suatu Klub yang berorientasi pendanaan. Bagaimana secara kebetulannya? Hubungan saya dengan coach cukup dekat dan akrab, sudah seperti saudara dan lucunya ayah kandung saya sempat mau menjodohkan saya dengan beliau. Jadinya saya cukup tahu kalau dia sedang ada masalah. Meski kalau ditanya dia bilang tidak apa apa tapi saya hafal karakternya dan pasti itu artinya ada apa apa. Saya akhirnya berinisiatif mengusut sendiri, baik secara mata biasa maupun kasat mata. Ketahuan deh. Seperti detektif saja tanpa setahu dia saya cari, lacak nama dan nomor nomor telpon siswa siswanya. Saya hubungi satu per satu. Secara diam diam juga saya kumpulkan semua, saya masih ingat waktu itu di Hotel Indonesia, dulu belum Kepinski. Disitulah awal saya berkenalan dengan Shoba, Setia, Innelita dan beberapa lagi. Tidak serempak semua bisa saya kumpulkan, tapi secara bertahap. Kami sepakat, kompak berbuat sesuatu untuk Aki, sebutan coach kami.  Kemudian motto kami: we’re the Q – Veni,Vidi, Vici; We come, We see, We Win!
    Image result for veni vidi vici picture

    Sejak itulah kami juga mengenal teman teman anggota Klub dari kelompok yang lain seperti Midori, Avalokiteshvara dll.
    Awal kemunculan kami yang seakan akan go public sudah tentu tidak disukai coach kami karena jelas bertentangan dengan karakter perguruan, yang segala sesuatunya harus dalam keadaan isolatif. Namun beliau juga tidak bisa apa apa setelah melihat ada juga efek positifnya dari kami para siswa ini menjadi saling mengenal dengan saudara saudara seperguruan.
    Tahun demi tahun terus berjalan dan tak terasa sudah 5 tahun sejak kami siswa perguruan dikumpulkan (oleh saya). Sampai sejalan dengan waktu perubahanpun terjadi. Jika dulunya kami infiltrasi masuk ke Equitas Club, akhirnya kami hengkang dari sana dan membentuk organisasi tersendiri yang justru berdampak positif bagi perguruan, yakni adanya koordinasi pelatihan yang selama ini tidak ada. Dengan terbentuknya organisasi itu juga artinya perguruan mempunyai administrasi, manajemen dsb. Namun perlahan lahan kami semua menyadari, lebih tepatnya disadarkan oleh kakak ke 1 paling senior diantara kami, zust Dewi Ratna. Dewi mengingatkan kami bahwa bukan seperti inilah sebetulnya visi dan misi perguruan di tahun awal pembentukan. Kemudian Dewi menghimbau agar kami kembali ke track semula, bagaimana bentuk perguruan di tahun tahun 1990an.

    Demikianlah, perguruan mungkin bisa dibilang mencapai titik nadir dalam hal organisasi (bukan aspek kesuksesan). Kami sepakat untuk Back to Square 1, situasi dimana segala sesuatunya sengaja dibuat DISCREET. Meski tidak dilakukan drastis, bertahap, tetapi perlahan lahan yang pasti. Artinya dari sekarang ke depannya akan sulit bagi kami para siswa untuk saling bertemu muka satu sama lainnya. Cukuplah kami bertemu muka dengan Direct Coach dan itu sudah lebih dari cukup. Dewi bahkan menawarkan pilihan yang bagi kami bukanlah pilihan: Bertemu muka dengan (Direct) Coach tidak ketemu dengan sesama siswa ATAU SEBALIKNYA. Sudah pasti kami pilih yang pertama sebab bagi semua siswa perguruan coach adalah segala galanya. Sampai ada motto diantara kami:”Your Coaches Line is your Life Line”, sampai begitu. Namun dibalik itu semua memang tidak ada faedahnya secara wisdom bertemu/tatap muka dengan sesama kami. Kami ini saling CROSS CREW. Demikianlah.  Meskipun bukan berarti jika tanpa sengaja bertemu (It’s a small world), kami saling menghindar, jelas bukan. Tapi Cross Crew melarang kami untuk menyengaja melakukan demikian. Sedih, memang. Saya masih mungkin bertemu siswa siswi saya seperti Maribel, Zizette dan mungkin Ashraf. Juga masih mungkin bertemu Aylen, Dewi karena urusan organisasi. Namun saya tidak tahu lagi kapan bisa ketemu dengan Butch, Yvonne, mbak Ningsih.
    Semua itu karena masing masing dari kami sudah punya misi sendiri sendiri yang cukup membuat kami sangat sibuk setiap harinya. Kami harus selalu memilih, sebagaimana seluruh manusia di bumi ini. Hidup adalah pilihan.

    Byla ne byla
    There was — there wasn't; Whatever the consequences can be — I'll try it!
  • Image result for Byla ne byla

Saturday, October 25, 2003

X Over Life Survival Training Program




Message Program: Just Elite.
  • COMMUNITY DREAM: Well informed, equipped and protected individuals to achieve the best quality of life.
  • Vision: Synergistic  harmony, symmetry, balance and flow with The Universe
  • Mission: To Seek Out The Essential Truth by Doing The Right Things and Doing The Things Right In Clear (Positive) of Thought
  • objectives : to equip full sets of comprehensive resources for selective individuals in order to develop and self transform to the best quality of life that integrates better health; physically, mentally, emotionally and spiritually
  • Goals (Community): to achive  Success Indicators (SI): 
    • Healthy
    • Wealthy
    • Wise
  • Strategy:
  • Maintain Vertical and Horizontal Relationship
  • Human Being Optimization*
    • i. Combined physical and metaphysical energy in allignment with conscious and sub conscious mind
    • ii.Burn Inside Out and Freeze Outside In
  • Ultimate Destination: Journey to The Final Frontier: Unification and Oneness
  • Slogan: eni, Vedi, Vici  (Classical Latin: [ˈweːniː ˈwiːdiː wiːkiː]; Ecclesiastical Latin: [ˈvɛni ˈvidi ˈvitʃi]; "I came, I saw, I conquered." )
  • Mascot: Eagle
  • Logo: Warp Speed & Stars/Diamond Blitz
  • QUALITY OF LIFE:
    • When money, time and efforts are no longer be problems to a person then it is said that the person lives in a Quality of Life.
    •  The Quality of Life as stated above as in other words the person is said to be an Economically Free/EF:
      • Where he/she has FREEDOM of:
        • 1.Time
        • 2.Money
        • 3.Efforts/Energy




Mission: To Seek Out The Essential Truth by Doing The Right Things and Doing The Things Right In Clear (Positive) of Thought

ini serupa dengan misi PPS Betako Merpati Putih:  “Mer­sudi Pati­tis­ing Tin­dak Pusakane Titis­ing Hen­ing” yang artinya “Men­cari Sam­pai Men­da­pat Tin­dakan Yang Benar Den­gan Kete­nan­gan” 
tetapi sebenarnya di Unisyn lebih mengarah pada: 

  1. SOP (syariat)
  2. Know How (Tarikat)
  3. Know Why (Hakikat)
  4. Final Destination (Marifat) - The Essential Truth

Thursday, September 4, 2003

Unisyn Ceremony



         


Author: Butch Espina
Unisyn Anniversary every September 22
After the tea ceremony, the student bow three times:
  1. to the God almighty, my sefu change this ine a little bit on the direction, must be to where the kaba is (for muslim only)
  2. to the universe (heaven and earth)
  3. to each other – both coach and the student
The coach then presents tea to the student.  Those who receive the tea usually give the coach a grateful expressions such as: Sir/madam, I’m very grateful to have been your student and wish you all the best.
Thus it’s the end of the ritual.

Monday, August 11, 2003

Dina & Enzo


    


Author: Ni Luh Sri Bagia
Pertengahan tahun lalu (2010), Dina (Esmeraldina T – 17th) dan Ferrari Enzo resmi gabung ke Klub. Keduanya ini murid SMA Tarakanita & Pangudi Luhur Jakarta, berpacaran. Dina kelas 1 SMA dan Enzo baru lulus. Awalnya mereka berdua dilatih oleh pak Bagus Putu Tantra dan mereka menamakan grupnya – Naruto. Namun di bulan Desember, baru belajar sekitar 3 bulan, pak Tantra dipindah tugas dari kantornya ke Bali.
Enzo ingin sekali dilatih langsung oleh seorang yg sudah EF dan yang dia kejar awalnya adalah Susi, tapi sicewek cantik ini ogah sebagai coachnya. Padahal Enzo sudah sempat sampai terbang ke Moskow hanya untuk ketemu Susi. Karena memang Enzo ini anak orang kaya, bapaknya orang Sulawesi kerja di World Bank dan ibunya orang Italy. Saya tahu, karena Susi terkenal paling anti dengan orang2 yang, jangankan untuk berlatih, untuk sekedar ketemu saja jika alasannya ingin ketemu dia hanya sebagai EF person. Kecuali orang itu ketemu dia tidak tahu dia orang yg EF.
Kemudian Susi merekomendasikan ke pak Sonny, yg sekarang bermukim di pulau Mauritius. Tapi Enzonya ogah. Dia ingin kalau tidak dengan EF yg no. 1 atau no, 2. Siapa no. 2? – Ashraf. Akhirnya dia menjadi murid Ashraf.
Dia mengira jika selama ini Ashraf itu terkenal suka melucu, bercanda, ladies’ man lalu pikirnya akan santai berlatih dengannya. Perkiraan itu meleset. Mereka, EF people yang dari perguruan 100% adalah punya warrior gen. Bisa ditebak, pelatihannya keras, penderitaan maha hebat. Singkatnya baru 2 bulan dilatih dia sudah kibarkan bendera putih. Padahal usianya masih muda, 19th. Akhirnya dia kembali ke tanah air dan sekarang ini tidak di perguruan, melainkan di Klub dan dengan Konsultannya langsung pak Mahendra.
Dina, putus latihan dari pak Tantra dia tadinya akan di bawah Innelita. Baru sempat bertemu sebentar, Inne dikirim ke Papua. Selama ini Dina membantu di Klub sebagai penerima email masuk untuk pak Mahendra dan tokoh kita, Aki. Karena sering ketemu Aki, Dina ini memohon terus untuk jadi murid langsung. Bukan saja Dina, tapi kedua orang tuanya (dulunya tidak mengizinkan Dina jadi anggota Klub) juga ikut meminta. Aki tidak berkenan, keberatan, karena dia sudah merasa muridnya banyak dan tidak ada waktu lagi. Nah ini lucunya. Dina meniru adegan di film film Shaolin. Terakhir waktu Aki datang ke sekretariat Unisyn di Kemang Residence di bulan Januari, si Dina berlutut dan bilang akan terus begitu sampai Aki menerima jadi muridnya. Tadinya Aki tidak percaya Dina bakalan sungguh sungguh. Aki sengaja pura pura keluar dulu dan bilangnya mau pulang. Kemudian sekitar 1 jam beliau balik lagi ke sekretariat dan masih menemukan DIna dalam posisi tadi, berlutut. Akhirnya bapak kita nyerah, geleng geleng kepala, jadi begitulah sejarahnya sampai Dina akhirnya diangkat sbg murid. Tapi Dina baru akan belajar bulan Juli ini, karena masih ikut summer course di Amerika.

Friday, July 11, 2003

Operatif Kayla Anneke

      

Mengenal lebih dekat Anneke, peraih Financial Independent tahun ini 2018. Tepatnya recognition-nya sewaktu ulang tahun Unisyn 22 September (1988 – 2018).
Isu pemanasan global dan semakin sadarnya masyarakat akan produk ramah lingkungan membuat kerajinan daur ulang kertas banyak diminati. Tak hanya pernak-pernik seperti gantungan kunci, kartu nama, magnet kulkas, ataupun pigura, bubur kertas bekas juga bisa dijadikan panel hiasan dinding dengan harga jual tinggi.
Limbah kertas tak hanya bisa digunakan sebagai bungkus makanan. Koran bekas, majalah bekas, ataupun limbah kertas yang lain bisa dibuat berbagai kerajinan dan hiasan dinding bernilai ekonomi tinggi.
Salah seorang murid Unisyn menjadi entrepreneur di bidang industri perajin kertas bekas. Dia adalah Kayla Anneke dari Tenggarong, Samarinda. Ia bergabung menjadi murid Unisyn sejak tahun 2014 dan lulus SMA 3 tahun kemudian, Anneke mengaku usahanya berawal dari kegiatan iseng mengisi waktu luang. Apalagi saat itu, dia banyak sekali menemukan kertas-kertas terbuang yang akhirnya dibakar sia-sia.
Ia pun akhirnya membuat berbagai pernak-pernik kerajinan dari bubur kertas, seperti gantungan kunci, tempat kartu nama, gantungan handphone, dan magnet kulkas.
Di bawah bimbingan coachnya yang lebih dulu belajar di Unisyn – Vivian Viendra Liem (Pontianak), produk dia jual harga Rp 5.000 – Rp 25.000 per produk. Anneke dengan kegigihannya semasa SMA sudah tidak lagi meminta uang dari orang tuanya karena ia sudah mampu mengantongi omzet Rp 11 juta hingga Rp 15 juta per bulan dari bisnis tersebut. “Saat ini saya juga membuat patung, wayang, dan boneka salju dari bubur kertas,” katanya.
Begitu lulus SMA di awal tahun ini usahanya ia bentuk CV agar ada badan hukumnya. Industrinya membuat patung dan boneka beragam ukuran tergantung pesanan. Dengan harga bervariasi mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 200.000, mahal murahnya tergantung ukuran dan tingkat kerumitan. Menurut Anneke, patung atau boneka dengan tinggi 10 cm – 20 cm paling banyak dipesan. “Margin labanya sekitar 40%,” ujarnya.
Tak hanya menyasar individu, produk daur ulang kertas miliknya juga banyak diminati wedding organizer dan perusahaan yang peduli dengan alam. Kepedulian mereka biasanya ditunjukkan dengan membeli produk dari bahan yang ramah lingkungan. Konsumen produk daur ulang kertas bekas tidak hanya di Indonesia seperti Jawa, Kalimantan dan Sumatera, tapi sudah mulai dikenal di luar negeri. Pelan pelan ia mulai ekpor ke beberapa negara tetangga.
Masyarakat luar negeri tertarik untuk membeli kerajinan daur ulang kertas karena unik dan menarik.
Kerajinan kertas bekas prospeknya bagus karena didukung isu pemanasan global. Dengan semakin meningkatnya kepedulian lingkungan, maka nilai penjualan produk daur ulang meningkat. Kini dalam sebulan kapasitas produksi bubur kertas Anneke mencapai lebih 10 ton.
Menurutnya, pembuatan produk kerajinan dari bubur kertas bekas tidaklah sulit. Bisa menyelesaikannya dalam waktu sehari. Yang terpenting adalah proses perendaman kertas. Proses perendaman penting untuk mendapatkan bubur kertas yang memiliki elastisitas baik sehingga mudah dibentuk.
Bahan baku utama yang dibutuhkan adalah kertas bekas, air dan lem putih atau lem kayu. Selain itu juga dibutuhkan cat poster dan vernis, blender, kain untuk menyaring, dan cetakan.
Pertama, kertas bekas disobek-sobek dan direndam dalam air selama satu hari sampai tiga hari. Kedua, setelah proses perendaman selesai, kertas diblender sampai halus. Ketiga, kertas blender disaring dengan kain. Penyaringan dilakukan untuk membuang air, sehingga diperlukan pemerasan sampai agak kering. Keempat, ampas atau bubur kertas tadi kemudian dicampur, diaduk rata dengan lem putih. Kelima, adonan siap dicetak sesuai dengan keinginan.
Satu hal yang Anneke pesankan ke kita semua adalah pentingnya rajin melakukan olahraga yang dalam perguruan Unisyn disebut Optimizer untuk menjaga kesehatan kita. Sebab Optimizer bukan hanya melatih fisik kita melainkan juga psikis. Dengan Optimizer kita asah panca indera. Indera ke6 kita menjadi peka dan akan sangat berguna dalam menjalani usaha bisnis kita. Optimizer tidak boleh dianggap enteng. Termasuk melakukan diet dan puasa. Puasa mengharuskan badan kita tidak mengkonsumsi apa-apa hingga malam hari. Dalam dunia fitness, ini sebenarnya saat tubuh melakukan pembakaran yang cukup maksimal

Friday, June 6, 2003

Mengenal Kakak ke 1 (02)

   n1173400058_204070_6722

Dewi Ratna adalah siswi perguruan dan Febuari di tahun 2010 berhasil mencapai posisi EF (Economically Free). Keberhasilan Dewi banyak ditunjang dari kedekatannya dengan Pelatih Utama perguruan yang sudah dikenalnya di tahun 1988.
Dewi memperoleh Bsc (Licence mention chimie) dari Université Pierre et Marie Curie or UPMC – Sorbonne Université, Paris (Perancis) di bidang Kimia Murni dilanjut pengambilan Msc di bidang Chemical Engineering [Spécialité ingénierie chimique (M2)] dan terakhir memperoleh doktoral di bidang Science et management yang kesemuanya dari universitas yang sama. Saat ini beliau sebagai dosen kimia mengajar aktif di universitas tersebut selain juga berstatus bekerja kepada pemerintah NKRI. Tentunya dengan status EF yang dimilikinya membuatnya sekarang ini bekerja hanya sebagai hobby. Kapan saja beliau bisa meninggalkan perkerjaannya, kecuali tugasnya mengabdi kepada negara.