Nirmala Asri
Sejak dulu sekali di tahun 1997 saya diterima bergabung untuk diberi kesempatan berlatih How to Survive di perguruan Unisyn, pertanyaan yang paling sering saya terima dari orang orang disekeliling saya adalah: “Bagaimana caranya agar bisa diterima di Unisyn?”. Mereka tidaklah menyadari bahwa diterima di Unisyn baru merupakan titik awal suatu perjalanan sukses panjang dimana di dalam perjalanan itu banyak sekali aral rintang ujian yang harus seorang siswa lewati secara bertahap. Bila satu saja dari sekian banyak titik titik uji itu (disebut étape) ia gagal, maka langsung vonis cancellation dijatuhkan ke simurid itu. Unisyn adalah perguruan kesuksessan yang tidak berbayar alias GRATIS. Karena sifatnya cuma cuma, paling pantang pihak manajemen perguruan dibilang ‘murah’, melainkan selalu diluruskan jadi: murah TAPI BUKAN MURAHAN. Berhubung gratis, Pelatih perguruan (Coach) tidak dibayar, masuk akal jika mereka pantang melatih murid murid yang malas dan atau dogol; yang di kalangan perguruan dijuluki Underdog. Agar perlu diingat bahwa perguruan Unisyn bukanlah tempat yang akan merubah seorang rata rata menjadi diatas rata rata, melainkan dari seorang diatas rata rata menjadi jauh jauh dan jauh diatas rata rata. Maka dari itu mereka ada motto: the tip of the top of the cream of the crop atau singkatnya: the Very Best of the Best.
Pernyataan di atas itulah ditambah “Kebijakan Tutup Pintu” atau No Admittance yang kemudiannya disalahartikan oleh banyak orang. Perguruan Unisyn memang menutup pintu, tapi ada tapinya > untuk orang orang yang tidak masuk kriteria (atau Underdog tadi) namun tentunya sangatlah bodoh jika Unisyn tetap tidak membuka pintunya terhadap segelintir orang orang di dunia ini yang memang sebelum masuk perguruan saja sudah terbukti memenuhi persyaratan. Bagaimanapun juga Unisyn tetap perlu menyebarkan ilmu intinya yang disebut Uni-G, yang begitu priceless, tapi terbatas teruntuk orang orang yang tepat (baca: bukan untuk semua orang).
Banyak orang yang menafsirkan kriteria masuk ke dalam Unisyn berdasarkan sudut pandang mereka, BUKAN dari sudut pandang perguruan itu sendiri. Salah satu kesulitan saya menjawab pertanyaan pertanyaan seperti: “Nilai IQ dia berapa sih?” atau “Kondisi fisik dia sepertinya biasa biasa saja…” atau “Dia kan bukanlah orang dari kalangan The Havest…” semua pertanyaan yang berujung dengan “kenapa dia bisa diterima di Unisyn?” tambah runyam lagi “…sedangkan saya kenapa tidak bisa?” Selalu perlu ditekankan bahwa Unisyn mempertimbangkan seluruh aspek pra-kualifikasi sebelum akhirnya memutuskan menerima seorang pelamar. Dari semua aspek, apakah itu Kecerdasan, Stamina Fisik, Moral Spiritual, Orientasi Bisnis dan masih banyak lagi. Karena itu, mereka yang berminat bergabung pelatihan amat perlu mempersiapkan semua aspek menyangkut keunggulan dan keterbatasan dalam dirinya. Jangan hanya fokus pada meningkatkan stamina fisik hingga prima atau banyak baca buku guna meningkatkan inteligensia saja. Semua aspek! Hal ini wajar, karena jikalah diberi skala A s/d E dimana A terbaik C ditengah dan E terburuk, Unisyn memang didisain bukanlah untuk merubah diri seseorang kategori C apalagi D dan E, melainkan A untuk di’self transform’ menjadi minimal AA hingga, kalau bisa, menjadi AAAA…
Lupakan mitos-mitos yang tidak mendukung persiapan melamar. Pelamar tidak perlulah mengarang teori sendiri tentang bagaimana Unisyn memilih pelamar. Memusingkan. Hal ini hanya akan menjauhkan fokus dari hal-hal yang lebih bisa dipersiapkan (seperti menulis esai yang baik dalam bahasa Inggris, mencari peluang berbisnis atau jogging 10 km…) dan yang lebih penting lagi, sejak melamar perlu memiliki pola pikir bahwa Unisyn menilai pelamar berdasarkan kualitas pelamar, bukan hal-hal lain yang jauh dari kontrol pelamar, seperti “dari keluarga mana dia dilahirkan”. Sangat absurd.

The Tip of The Top

0 comments:
Post a Comment