Tuesday, December 16, 2003

Operatif Dianty

Dianty Aswita seorang tamatan SMA, tidak lanjut kuliah, itu info terakhirnya di tahun 2010.  Kecuali ada perubahan data setelah tahun itu.
Dianty adalah 'Right Hand' dari Mad Jo. Mereka bertemu dan berkenalan di tahun 1999 di Sogo Plaza Indonesia. Waktu itu Dianty berprofesi sebagai Beauty Consultant untuk produk Estée Lauder (Amerika). Setelah berkenalan dengan MJ dirubah oleh MJ dengan modal dari MJ untuk mewakili produk Lancôme, Paris. 
Setahun kemudian Dianty dikenalkan ke Aki-hito oleh MJ untuk dititipkan berlatih ilmu perguruan mengingat Aki lokasinya sama sama di Jakarta sedangkan MJ di Paris. Mulai tahun itu Dianty berlatih Unisyn. 
Dari komisi penjualan sebagai beauty consultants kenyataannya agak susah mencapai multiplier effect. Kebetulan gadis asal Sukabumi ini, Cina Sukabumi, sering pulang rutin setiap minggu menemui orang tuanya. Dalam suatu kesempatan Aki diajak Dianty ke rumahnya di Sukabumi. Dari observasi Aki di Sukabumi inilah beliau terinspirasi untuk mengusulkan ke Dianty agar di kampungnya berternak ikan mas air deras. Mulailah Dianty mencoba bisnis ini.
Atas bimbingan dari Aki, ternak ikan masnya berkembang pesat, berkembang biak, berlimpah. Dianty dan kedua orang tuanya merasa senang dan bahagia. Dia dengan cepat posisi keuangannya melewati critical mass dan mencapai FI di tahun 2006.
Setelah ini terjadi beda pendapat antara Aki dan keluarga Dianty. Sudah tentu bukan lagi soal pelatihan, melainkan hal klasik, soal balas jasa. Aki menolak balas jasa yang sudah mengarah ke hal pribadi. Ini membuat kemarahan Dianty. 
Sekarang ini Dianty menetap di Luar negeri tetapi tidak diketahui di negara mana. Kabar terakhir dia sudah FF di tahun 2010.



Thursday, November 20, 2003

Cell System


Author: Susiana Rusanti


    Sebetulnya sudah sepatutnya kami para siswa perguruan berterima kasih atas kemunculan Equitas Club, meski dampaknya tidak secara langsung. Jauh sebelum Klub didirikan di tahun 2006, perguruan sudah ada. Saya masih ingat betul bagaimana pelatih saya di awal pertemuan menawarkan bimbingan menuju kesuksesan dengan tanpa dipungut biaya apa apa. Sudah tentu saya tidak menampiknya. Mulailah kemudian pelatihan di mulai, minggu  ke ketemu minggu, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun. Saya tidak pernah menanyakan waktu itu apakah sudah ada dari yang dilatih itu berhasil meraih impiannya. Sebab saya tahu betul saya termasuk pilot project dengan kata lain ‘merintis’. Tidak jarang dalam kurun waktu itu ada bertanya tanya dalam hati saya apakah pelatihan ini betul akan menggiring saya ke kesuksesan. Istilah orang Sunda – pamali. Saya hanya dengar cerita dari coach mengenai Yuningsih Ambar, sisinya di Ambon yang berhasil mencapai Financial Independent di th 1996 dan itupun tahunya secara kebetulan saya melihat foto foto waktu recognition mbak Ningsih yang dirayakan sederhana dengan keluarganya dan saya melihat ada coach saya di foto itu. Coach saya kalau soal hal hal seperti ini sangat tertutup. Beliau berprinsip ‘kalau mau belajar, seriuslah, tanpa harus lihat kanan kiri’. Komentar serupa itu juga waktu saya pernah utarakan keinginan saya untuk bertemu mbak Ningsih. Saya malah dihujani pertanyan:”Lalu kalau Susi sudah ketemu dia, Ningsih, lalu bagaimana? What next?” “Apakah dengan ketemu Ningsih berakibat Susi bisa ketularan menjadi FI?” dan masih banyak pertanyaan lain lagi yang akhirnya membatalkan niat saya ketemu kakak seperguruan saya.
    Yuningsih
    Sistem di perguruan Uni-Syn memang dirancang seperti itu – Cell System. Setiap siswa hanya boleh tahu pelatihnya langsung (Direct Coach). Kebetulan pelatih saya tidak punya pelatih lagi. Tapi waktu saya mengangkat Zizette Mahmoud sebagai murid, dia dulunya hanya tahu 1 orang saja, yaitu saya. Berturut turut selanjutnya. Sewaktu Zizette mengangkat Ashraf sebagai siswa, harusnya dia hanya tahu Zizette sebagai coach. Hanya kebetulan saja Ashraf kenal saya dulu kemudian saya kenalkan Zizette sebagai coach buat dirinya.Selalu begitu. Praktis dulunya saya tidak mengenal siapa itu Setia Kelana, siapa Dewi Ratna dan siapa siapa lagi yang sekarang mereka menjadi kolega saya di Unisyn

    Setelah Equitas Club berdiri dan berjalan sekitar 6 bulan secara kebetulan saja saya tahu bahwa coach bersama beberapa temannya mendirikan suatu Klub yang berorientasi pendanaan. Bagaimana secara kebetulannya? Hubungan saya dengan coach cukup dekat dan akrab, sudah seperti saudara dan lucunya ayah kandung saya sempat mau menjodohkan saya dengan beliau. Jadinya saya cukup tahu kalau dia sedang ada masalah. Meski kalau ditanya dia bilang tidak apa apa tapi saya hafal karakternya dan pasti itu artinya ada apa apa. Saya akhirnya berinisiatif mengusut sendiri, baik secara mata biasa maupun kasat mata. Ketahuan deh. Seperti detektif saja tanpa setahu dia saya cari, lacak nama dan nomor nomor telpon siswa siswanya. Saya hubungi satu per satu. Secara diam diam juga saya kumpulkan semua, saya masih ingat waktu itu di Hotel Indonesia, dulu belum Kepinski. Disitulah awal saya berkenalan dengan Shoba, Setia, Innelita dan beberapa lagi. Tidak serempak semua bisa saya kumpulkan, tapi secara bertahap. Kami sepakat, kompak berbuat sesuatu untuk Aki, sebutan coach kami.  Kemudian motto kami: we’re the Q – Veni,Vidi, Vici; We come, We see, We Win!
    Image result for veni vidi vici picture

    Sejak itulah kami juga mengenal teman teman anggota Klub dari kelompok yang lain seperti Midori, Avalokiteshvara dll.
    Awal kemunculan kami yang seakan akan go public sudah tentu tidak disukai coach kami karena jelas bertentangan dengan karakter perguruan, yang segala sesuatunya harus dalam keadaan isolatif. Namun beliau juga tidak bisa apa apa setelah melihat ada juga efek positifnya dari kami para siswa ini menjadi saling mengenal dengan saudara saudara seperguruan.
    Tahun demi tahun terus berjalan dan tak terasa sudah 5 tahun sejak kami siswa perguruan dikumpulkan (oleh saya). Sampai sejalan dengan waktu perubahanpun terjadi. Jika dulunya kami infiltrasi masuk ke Equitas Club, akhirnya kami hengkang dari sana dan membentuk organisasi tersendiri yang justru berdampak positif bagi perguruan, yakni adanya koordinasi pelatihan yang selama ini tidak ada. Dengan terbentuknya organisasi itu juga artinya perguruan mempunyai administrasi, manajemen dsb. Namun perlahan lahan kami semua menyadari, lebih tepatnya disadarkan oleh kakak ke 1 paling senior diantara kami, zust Dewi Ratna. Dewi mengingatkan kami bahwa bukan seperti inilah sebetulnya visi dan misi perguruan di tahun awal pembentukan. Kemudian Dewi menghimbau agar kami kembali ke track semula, bagaimana bentuk perguruan di tahun tahun 1990an.

    Demikianlah, perguruan mungkin bisa dibilang mencapai titik nadir dalam hal organisasi (bukan aspek kesuksesan). Kami sepakat untuk Back to Square 1, situasi dimana segala sesuatunya sengaja dibuat DISCREET. Meski tidak dilakukan drastis, bertahap, tetapi perlahan lahan yang pasti. Artinya dari sekarang ke depannya akan sulit bagi kami para siswa untuk saling bertemu muka satu sama lainnya. Cukuplah kami bertemu muka dengan Direct Coach dan itu sudah lebih dari cukup. Dewi bahkan menawarkan pilihan yang bagi kami bukanlah pilihan: Bertemu muka dengan (Direct) Coach tidak ketemu dengan sesama siswa ATAU SEBALIKNYA. Sudah pasti kami pilih yang pertama sebab bagi semua siswa perguruan coach adalah segala galanya. Sampai ada motto diantara kami:”Your Coaches Line is your Life Line”, sampai begitu. Namun dibalik itu semua memang tidak ada faedahnya secara wisdom bertemu/tatap muka dengan sesama kami. Kami ini saling CROSS CREW. Demikianlah.  Meskipun bukan berarti jika tanpa sengaja bertemu (It’s a small world), kami saling menghindar, jelas bukan. Tapi Cross Crew melarang kami untuk menyengaja melakukan demikian. Sedih, memang. Saya masih mungkin bertemu siswa siswi saya seperti Maribel, Zizette dan mungkin Ashraf. Juga masih mungkin bertemu Aylen, Dewi karena urusan organisasi. Namun saya tidak tahu lagi kapan bisa ketemu dengan Butch, Yvonne, mbak Ningsih.
    Semua itu karena masing masing dari kami sudah punya misi sendiri sendiri yang cukup membuat kami sangat sibuk setiap harinya. Kami harus selalu memilih, sebagaimana seluruh manusia di bumi ini. Hidup adalah pilihan.

    Byla ne byla
    There was — there wasn't; Whatever the consequences can be — I'll try it!
  • Image result for Byla ne byla

Saturday, October 25, 2003

X Over Life Survival Training Program




Message Program: Just Elite.
  • COMMUNITY DREAM: Well informed, equipped and protected individuals to achieve the best quality of life.
  • Vision: Synergistic  harmony, symmetry, balance and flow with The Universe
  • Mission: To Seek Out The Essential Truth by Doing The Right Things and Doing The Things Right In Clear (Positive) of Thought
  • objectives : to equip full sets of comprehensive resources for selective individuals in order to develop and self transform to the best quality of life that integrates better health; physically, mentally, emotionally and spiritually
  • Goals (Community): to achive  Success Indicators (SI): 
    • Healthy
    • Wealthy
    • Wise
  • Strategy:
  • Maintain Vertical and Horizontal Relationship
  • Human Being Optimization*
    • i. Combined physical and metaphysical energy in allignment with conscious and sub conscious mind
    • ii.Burn Inside Out and Freeze Outside In
  • Ultimate Destination: Journey to The Final Frontier: Unification and Oneness
  • Slogan: eni, Vedi, Vici  (Classical Latin: [ˈweːniː ˈwiːdiː wiːkiː]; Ecclesiastical Latin: [ˈvɛni ˈvidi ˈvitʃi]; "I came, I saw, I conquered." )
  • Mascot: Eagle
  • Logo: Warp Speed & Stars/Diamond Blitz
  • QUALITY OF LIFE:
    • When money, time and efforts are no longer be problems to a person then it is said that the person lives in a Quality of Life.
    •  The Quality of Life as stated above as in other words the person is said to be an Economically Free/EF:
      • Where he/she has FREEDOM of:
        • 1.Time
        • 2.Money
        • 3.Efforts/Energy




Mission: To Seek Out The Essential Truth by Doing The Right Things and Doing The Things Right In Clear (Positive) of Thought

ini serupa dengan misi PPS Betako Merpati Putih:  “Mer­sudi Pati­tis­ing Tin­dak Pusakane Titis­ing Hen­ing” yang artinya “Men­cari Sam­pai Men­da­pat Tin­dakan Yang Benar Den­gan Kete­nan­gan” 
tetapi sebenarnya di Unisyn lebih mengarah pada: 

  1. SOP (syariat)
  2. Know How (Tarikat)
  3. Know Why (Hakikat)
  4. Final Destination (Marifat) - The Essential Truth

Thursday, September 4, 2003

Unisyn Ceremony



         


Author: Butch Espina
Unisyn Anniversary every September 22
After the tea ceremony, the student bow three times:
  1. to the God almighty, my sefu change this ine a little bit on the direction, must be to where the kaba is (for muslim only)
  2. to the universe (heaven and earth)
  3. to each other – both coach and the student
The coach then presents tea to the student.  Those who receive the tea usually give the coach a grateful expressions such as: Sir/madam, I’m very grateful to have been your student and wish you all the best.
Thus it’s the end of the ritual.

Monday, August 11, 2003

Dina & Enzo


    


Author: Ni Luh Sri Bagia
Pertengahan tahun lalu (2010), Dina (Esmeraldina T – 17th) dan Ferrari Enzo resmi gabung ke Klub. Keduanya ini murid SMA Tarakanita & Pangudi Luhur Jakarta, berpacaran. Dina kelas 1 SMA dan Enzo baru lulus. Awalnya mereka berdua dilatih oleh pak Bagus Putu Tantra dan mereka menamakan grupnya – Naruto. Namun di bulan Desember, baru belajar sekitar 3 bulan, pak Tantra dipindah tugas dari kantornya ke Bali.
Enzo ingin sekali dilatih langsung oleh seorang yg sudah EF dan yang dia kejar awalnya adalah Susi, tapi sicewek cantik ini ogah sebagai coachnya. Padahal Enzo sudah sempat sampai terbang ke Moskow hanya untuk ketemu Susi. Karena memang Enzo ini anak orang kaya, bapaknya orang Sulawesi kerja di World Bank dan ibunya orang Italy. Saya tahu, karena Susi terkenal paling anti dengan orang2 yang, jangankan untuk berlatih, untuk sekedar ketemu saja jika alasannya ingin ketemu dia hanya sebagai EF person. Kecuali orang itu ketemu dia tidak tahu dia orang yg EF.
Kemudian Susi merekomendasikan ke pak Sonny, yg sekarang bermukim di pulau Mauritius. Tapi Enzonya ogah. Dia ingin kalau tidak dengan EF yg no. 1 atau no, 2. Siapa no. 2? – Ashraf. Akhirnya dia menjadi murid Ashraf.
Dia mengira jika selama ini Ashraf itu terkenal suka melucu, bercanda, ladies’ man lalu pikirnya akan santai berlatih dengannya. Perkiraan itu meleset. Mereka, EF people yang dari perguruan 100% adalah punya warrior gen. Bisa ditebak, pelatihannya keras, penderitaan maha hebat. Singkatnya baru 2 bulan dilatih dia sudah kibarkan bendera putih. Padahal usianya masih muda, 19th. Akhirnya dia kembali ke tanah air dan sekarang ini tidak di perguruan, melainkan di Klub dan dengan Konsultannya langsung pak Mahendra.
Dina, putus latihan dari pak Tantra dia tadinya akan di bawah Innelita. Baru sempat bertemu sebentar, Inne dikirim ke Papua. Selama ini Dina membantu di Klub sebagai penerima email masuk untuk pak Mahendra dan tokoh kita, Aki. Karena sering ketemu Aki, Dina ini memohon terus untuk jadi murid langsung. Bukan saja Dina, tapi kedua orang tuanya (dulunya tidak mengizinkan Dina jadi anggota Klub) juga ikut meminta. Aki tidak berkenan, keberatan, karena dia sudah merasa muridnya banyak dan tidak ada waktu lagi. Nah ini lucunya. Dina meniru adegan di film film Shaolin. Terakhir waktu Aki datang ke sekretariat Unisyn di Kemang Residence di bulan Januari, si Dina berlutut dan bilang akan terus begitu sampai Aki menerima jadi muridnya. Tadinya Aki tidak percaya Dina bakalan sungguh sungguh. Aki sengaja pura pura keluar dulu dan bilangnya mau pulang. Kemudian sekitar 1 jam beliau balik lagi ke sekretariat dan masih menemukan DIna dalam posisi tadi, berlutut. Akhirnya bapak kita nyerah, geleng geleng kepala, jadi begitulah sejarahnya sampai Dina akhirnya diangkat sbg murid. Tapi Dina baru akan belajar bulan Juli ini, karena masih ikut summer course di Amerika.

Friday, July 11, 2003

Operatif Kayla Anneke

      

Mengenal lebih dekat Anneke, peraih Financial Independent tahun ini 2018. Tepatnya recognition-nya sewaktu ulang tahun Unisyn 22 September (1988 – 2018).
Isu pemanasan global dan semakin sadarnya masyarakat akan produk ramah lingkungan membuat kerajinan daur ulang kertas banyak diminati. Tak hanya pernak-pernik seperti gantungan kunci, kartu nama, magnet kulkas, ataupun pigura, bubur kertas bekas juga bisa dijadikan panel hiasan dinding dengan harga jual tinggi.
Limbah kertas tak hanya bisa digunakan sebagai bungkus makanan. Koran bekas, majalah bekas, ataupun limbah kertas yang lain bisa dibuat berbagai kerajinan dan hiasan dinding bernilai ekonomi tinggi.
Salah seorang murid Unisyn menjadi entrepreneur di bidang industri perajin kertas bekas. Dia adalah Kayla Anneke dari Tenggarong, Samarinda. Ia bergabung menjadi murid Unisyn sejak tahun 2014 dan lulus SMA 3 tahun kemudian, Anneke mengaku usahanya berawal dari kegiatan iseng mengisi waktu luang. Apalagi saat itu, dia banyak sekali menemukan kertas-kertas terbuang yang akhirnya dibakar sia-sia.
Ia pun akhirnya membuat berbagai pernak-pernik kerajinan dari bubur kertas, seperti gantungan kunci, tempat kartu nama, gantungan handphone, dan magnet kulkas.
Di bawah bimbingan coachnya yang lebih dulu belajar di Unisyn – Vivian Viendra Liem (Pontianak), produk dia jual harga Rp 5.000 – Rp 25.000 per produk. Anneke dengan kegigihannya semasa SMA sudah tidak lagi meminta uang dari orang tuanya karena ia sudah mampu mengantongi omzet Rp 11 juta hingga Rp 15 juta per bulan dari bisnis tersebut. “Saat ini saya juga membuat patung, wayang, dan boneka salju dari bubur kertas,” katanya.
Begitu lulus SMA di awal tahun ini usahanya ia bentuk CV agar ada badan hukumnya. Industrinya membuat patung dan boneka beragam ukuran tergantung pesanan. Dengan harga bervariasi mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 200.000, mahal murahnya tergantung ukuran dan tingkat kerumitan. Menurut Anneke, patung atau boneka dengan tinggi 10 cm – 20 cm paling banyak dipesan. “Margin labanya sekitar 40%,” ujarnya.
Tak hanya menyasar individu, produk daur ulang kertas miliknya juga banyak diminati wedding organizer dan perusahaan yang peduli dengan alam. Kepedulian mereka biasanya ditunjukkan dengan membeli produk dari bahan yang ramah lingkungan. Konsumen produk daur ulang kertas bekas tidak hanya di Indonesia seperti Jawa, Kalimantan dan Sumatera, tapi sudah mulai dikenal di luar negeri. Pelan pelan ia mulai ekpor ke beberapa negara tetangga.
Masyarakat luar negeri tertarik untuk membeli kerajinan daur ulang kertas karena unik dan menarik.
Kerajinan kertas bekas prospeknya bagus karena didukung isu pemanasan global. Dengan semakin meningkatnya kepedulian lingkungan, maka nilai penjualan produk daur ulang meningkat. Kini dalam sebulan kapasitas produksi bubur kertas Anneke mencapai lebih 10 ton.
Menurutnya, pembuatan produk kerajinan dari bubur kertas bekas tidaklah sulit. Bisa menyelesaikannya dalam waktu sehari. Yang terpenting adalah proses perendaman kertas. Proses perendaman penting untuk mendapatkan bubur kertas yang memiliki elastisitas baik sehingga mudah dibentuk.
Bahan baku utama yang dibutuhkan adalah kertas bekas, air dan lem putih atau lem kayu. Selain itu juga dibutuhkan cat poster dan vernis, blender, kain untuk menyaring, dan cetakan.
Pertama, kertas bekas disobek-sobek dan direndam dalam air selama satu hari sampai tiga hari. Kedua, setelah proses perendaman selesai, kertas diblender sampai halus. Ketiga, kertas blender disaring dengan kain. Penyaringan dilakukan untuk membuang air, sehingga diperlukan pemerasan sampai agak kering. Keempat, ampas atau bubur kertas tadi kemudian dicampur, diaduk rata dengan lem putih. Kelima, adonan siap dicetak sesuai dengan keinginan.
Satu hal yang Anneke pesankan ke kita semua adalah pentingnya rajin melakukan olahraga yang dalam perguruan Unisyn disebut Optimizer untuk menjaga kesehatan kita. Sebab Optimizer bukan hanya melatih fisik kita melainkan juga psikis. Dengan Optimizer kita asah panca indera. Indera ke6 kita menjadi peka dan akan sangat berguna dalam menjalani usaha bisnis kita. Optimizer tidak boleh dianggap enteng. Termasuk melakukan diet dan puasa. Puasa mengharuskan badan kita tidak mengkonsumsi apa-apa hingga malam hari. Dalam dunia fitness, ini sebenarnya saat tubuh melakukan pembakaran yang cukup maksimal

Friday, June 6, 2003

Mengenal Kakak ke 1 (02)

   n1173400058_204070_6722

Dewi Ratna adalah siswi perguruan dan Febuari di tahun 2010 berhasil mencapai posisi EF (Economically Free). Keberhasilan Dewi banyak ditunjang dari kedekatannya dengan Pelatih Utama perguruan yang sudah dikenalnya di tahun 1988.
Dewi memperoleh Bsc (Licence mention chimie) dari Université Pierre et Marie Curie or UPMC – Sorbonne Université, Paris (Perancis) di bidang Kimia Murni dilanjut pengambilan Msc di bidang Chemical Engineering [Spécialité ingénierie chimique (M2)] dan terakhir memperoleh doktoral di bidang Science et management yang kesemuanya dari universitas yang sama. Saat ini beliau sebagai dosen kimia mengajar aktif di universitas tersebut selain juga berstatus bekerja kepada pemerintah NKRI. Tentunya dengan status EF yang dimilikinya membuatnya sekarang ini bekerja hanya sebagai hobby. Kapan saja beliau bisa meninggalkan perkerjaannya, kecuali tugasnya mengabdi kepada negara.

Tuesday, May 6, 2003

Mengenal Kakak ke 1


Author: Bobby Yudana

Dewi Ratna adalah siswi perguruan Unisyn yang pertama sejak tahun 1988
Dewi09
Ilmu pengetahuan dari perguruan Uni-Syn tidak bisa hanya mengandalkan segi terorinya saja yang bernama Uni-G tetapi juga harus diimbangi dengan penguasaan praktek yang kuat dari HBO (Human Being Optimizer). Konseptor perguruan kerap mengatakan, “Susi genius di bidang Uni-G sedangkan Dewi genius dibidang HBO d”
Ibu Dewi memperoleh Bsc (Licence mention chimie) dari Université Pierre et Marie Curie or UPMC – Sorbonne Université, Paris (Perancis) di bidang Kimia Murni dilanjut pengambilan Msc di bidang Chemical Engineering [Spécialité ingénierie chimique (M2)] dan terakhir memperoleh doktoral di bidang Science et management yang kesemuanya dari universitas yang sama. Saat ini beliau sebagai dosen kimia mengajar aktif di universitas tersebut selain juga berstatus bekerja  kepada pemerintah NKRI. Tentunya dengan status EF yang dimilikinya membuatnya sekarang ini bekerja hanya sebagai hobby. Kapan saja beliau bisa meninggalkan perkerjaannya, kecuali tugasnya mengabdi kepada negara.
Menurut info, bu Dewi menikah dengan seorang Diplomat RI untuk PBB, cucu  dari alm RM Soejoto Soerjodipuro.

Monday, April 14, 2003

Tulta Munile

       



Author: Susi Rusanti
ice block with water fall02
Acara tradisi Tulta Munille atau Level Up selalu diwarnai kecerahan muka siswa setiap kali dinyatakan ‘berhasil naik tingkat’. Sebab kami semua tahu untuk ‘cuma’ naik tingkat di perguruan Unisyn itu sesuatu yang berat dicapai, perlu perjuangan ekstra keras.
Image result for ww rostow picture
WW Rostow
Tidak terkecuali dari waktu kami satu per satu direcognized berhasil mencapai EF (Efforts Freedom atau Economically Free). Publik di luar Unisyn secara dangkal tahunya EF itu identik dengan jadi orang kaya, padahal makna EF jauh lebih dari itu.
Kali ini saya sedang tidak membicarakan apa EF itu. Sebab, sebetulnya ada event jauh sebelum EF yang maknanya juga jauh lebih mengena dihati dibandingkan moment saat kita menerima EF Recognition; ialah FF atau Financial Freedom Recognition.
  • FF adalah kondisi dimana seorang siswa dinyatakan sudah BEBAS KEUANGAN. Sebelum FF ada:
  • FI atau Financial Independent Event dan sebelum FI ada keadaan:
  • TO atau Take Off  yakni kejadian dimana seseorang MULAI menerima massive (active) Income, pendapatan yang dinilai Coach luar biasa dahsyatnya. Setelah tahap ini “pesawat” kita:
  • Geostationary (meluncur) atau Cruising Speed dengan penghasilan yang dinamakan Unstoppable Income (passive income) setiap bulannya terus menerus rutin selama setahun dan besarannya cenderung terus meningkat, meski di awalnya…say…Rp 100 ribu saja, tetapi sudah passive.

Istilah TO diambil dari teori TO dari Walt Whitman Rostow (ada dalam materi T3). Setelah TO, jika penghasilan pasif orang itu sudah bisa menutupi pengeluaran average-dari orang itu akan disebut FI dan selanjutnya setelah Financial Independent jika penghasilan orang itu sudah melebihi ambang batas, cukup besar, barulah disebut keadaan Financial Freedom.
Semua siswa EF pasti mengakui bahwa peristiwa FF Recognition itu jauh lebih berkesan dibanding EF. Kenapa? Karena EF hanyalah kejadian meneruskan kejadian sebelumnya. Begitu peroleh FF kita tahu tidak lama setelah itu kita ‘pasti’ peroleh TF (Time Freedom) asalkan si FF champion konsisten menjaga kesehatannya dan cermat mengelola waktu dan tak lama setelah itu tahap EF tercapai.

Namun, peristiwa pencapaian FF adalah luar biasa. Jelaslah, karena di tahap ini merupakan tonggak sejarah buat orang itu sipenerima FF dinyatakan sudah bisa bebas uang, bebas membelanjakan keperluan hidupnya sehari hari dan pengeluaran bulanannya plus pembelanjaan konsumtif (kalau mau) untuk barang barang lux seperti mobil, rumah, perabotan yang serba mewah tanpa kuatir uangnya di rekening bank akan habis terkuras. Malahan selalu cenderung bertambah dan pertambahannya itu bukan baru kita temukan diakhir bulan, melainkan SETIAP DETIK!!!
Bisakah anda bayangkan jika uang anda di bank bertambah dari detik ke detik? Detik ketemu menit, menit ketemu jam, jam ketemu hari, hari ketemu minggu hingga bulan ketemu bulan? Katakanlah uang anda diseluruh rekening bank bank dimana anda taruh bertambah…Rp 1000,- saja setiap detiknya. Berapakah dalam 1 menit? Rp60.000,-. Kecil ya? Bagaimana dalam 1 jam? = Rp 3.600.000,-. Dalam sehari? Rp 86 juta 400 ribu. Berapakah sebulannya? Rp 2.5 M! Begitulah yang saya alami dari hari ke hari dan terus bertambah. Terima kasih saya tak terhingga buat Unisyn sehingga kami kami ini para siswa EF sudah dibekali tidak saja mental tetapi juga spiritual sehingga keadaan berlimpah uang itu tidaklah membuat kami menjadi lupa diri!

Kembali sedikit ingin saya ceritakan bagaimana suasana sewaktu saya pertama kali dinyatakan mencapai FF di tahun 2006. Suara coach jauh diseberang samudra ditelpon sewaktu menyatakan saya FF itu seakan akan bagai suara petir tetapi merdu. Nah, bagaimana tuh? Memang sulit digambarkannya. Saya menjadi speechless hingga coach perlu sampai berkali kali memanggil nama saya barulah saya tersadarkan lagi. Selesai saya tutup telpon itu dan selagi bersiap siap segala sesuatunya menuju Bangkok karena coach saya kebetulan sedang berada disana. Tak urung berkali kali saya lihat muka saya dicermin, entah beberapa kali dan sesering itu juga saya temukan ada senyum kecil di wajah saya. Yah itulah senyum kebanggaan, kemenangan. Victory. Makanya lagu himne perguruan salah satunya dipilihkan lagu ini – Victory dari Bond. Juga sesuai dengan motto Unisyn: We come. We see. We win.







Sepanjang jalan penerbangan menuju Bangkok dari Moskow ada kemungkinan mereka yang melihat saya kelihatan aneh. Saya tahu yang saya lakukan waktu itu apakah sadar dan tidak hanya 2 kemungkinan: senyum senyum kecil atau menangis, air mata meleleh. Terutama setiap kali saya sedang dengarkan atau nyanyikan sendiri lagu Freedom dari paul MacCartney. Seakan akan seluruh kejadian proses sebelum pencapaian FF itu diputar kembali. 

This is my right, a right given by God
To live a free life, to live in freedom

Ya, itulah hak saya untuk punya kebebasan.

Talking about freedom
I’m talking about freedom
I will fight, for the right
To live in freedom 

Ya, saya bertarung, perjuangkan segenap jiwa raga untuk bisa hidup bebas merdeka, hingga bisa seperti sekarang ini.

Anyone, tries to take it away
Will have to answer ’cause this is my right





Langsung saya terbayang kembali muka boss saya termasuk boss konglomerat saya (Oleg Deripaska). Seakan akan merekalah selama ini yang selalu merenggut kemerdekaan saya.
Ternyata tidak hanya saya yang menangis setiap kali lagu ini diperdengarkan. Para teman sejawat saya yang kini juga sudah EF pun demikian. Mereka pasti nangis tiap dengar lagu ini. Termasuk siswa pria.


Di Bangkok, acara FF dilakukan sederhana sekali. Hanya berupa tanda tangan coach saya dibalik kartu tanda FF berwarna silver, mirip kartu kredit. Tapi waktu itu saya ingin lebih dari itu.

Sofitel Bangkok Sukhumvit, hotel dimana saya sewa banquet-nya saya rubah interiornya bernuansa biru indigo ala Unisyn. Selesai penandatangan, segera DJ lokal yang saya sewa disitu sudah saya atur memutarkan lagu: Yes, Sir I can boogie dan The Emperor Waltz dari Johan Strauss. Segera saya tarik tangan coach saya dan ‘memaksa’nya berdansa……yang penting bisa happy.

Вся́кому о́вощу своё вре́мя. (Everything is good in its season)

Saturday, March 15, 2003

All Terrain Life Survival Program

          


Author: dr. Elyna Sutanto
65db00f057bd5f3ab3c447c0209edf49_140_square
Tulisan saya berikut ini melengkapi artikel sebelumnya yang ditulis oleh senior saya, dr Nirmala Asri dengan judul – Be a Unisyn Student.
Sebetulnya tahapan menjadi murid Unisyn itu sudah terjadi dalam fase penseleksian yang disebut dengan Pre-entry Level ( Preemptive Level ), meski di fase ini seseorang masih berstatus Casual di Square 0. Publik tahunya Unisyn sebagai institusi yang menyelenggarakan program SUKSES; sayangnya bukan, sama sekali BUKAN program pelatihan meraih kesuksesan. Bedakan antara Survive dengan Success. Unisyn melatih orang agar bisa bertahan hidup diberbagai situasi, apakah di hutan, padang pasir, padang salju, puncak gunung, pulau terpencil dan dimana saja; Sea Air Land. Untuk itu tentunya program pelatihannya diberikan bertahap sesuai derajat kesukarannya dan demikian juga dengan BEKAL untuk menghadapi dan mengatasinya. Kesemua ini sesuai dengan misi Unisyn: X-over Life Survival training Programs.
Apa itu Life Survival training?
Image result for survival at sea picture
Keterampilan bertahan hidup adalah teknik yang dapat digunakan oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan kehidupan di lingkungan manapun. Unisyn melatih orang How to Survive, bukan sekedar Sukses Kaya Raya melainkan sukses bertahan hidup di berbagai Tempat (Area), situasi dan kondisi apapun, dimanapun dan bagaimanapun. Di sini publik banyak memandang keliru, dipikir bahwa Unisyn suatu institusi yang melatih kesuksesan. TIDAK. Kami institusi melatih orang untuk sukses bertahan hidup. Kekayaan hanyalah salah satu faktor penunjang dan memperlancar orang untuk bertahan hidup di tempat tertentu nota bene adalah hidup di perkotaan; akan tetapi banyaknya uang menjadi tidak ada harganya ketika hidup di tengah gurun pasir atau jika terdampar di pulau kecil tak berpenghuni di tengah lautan luas.
Related image
Teknik ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan bagaimana memenuhi seluruh kebutuhan manusia berdasarkan Teori Hirarki dari Maslow. Teori ini diungkapkan oleh Abraham Maslow; beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Image result for hierarchy theory maslow picture
Tujuan diadakannya pelatihan bertahan hidup ini adalah untuk membantu membekali individu dalam menghadapi tantangan di berbagai situasi agar bisa dengan sukses melewatinya. Pelatihan bertahan hidup ini telah dirancang dari jenis pelatihan yang bersifat dasar hingga advanced. Pelatihannya akan membentuk kepribadian seseorang menjadi kuat terhadap tekanan, mampu mengatur emosi, sanggup bertahan dan menguasai keadaan walau dalam kondisi sangat terbatas (endurance & Change Mastery). Karakter sesungguhnya seseorang akan terlihat ketika mereka sedang dalam terdesak dan tersudut. Murid Unisyn dilatih menyelesaikan masalah (problem solving), mengatur ego (Self Mastery), sikap memandang orang lain, management conflict, dan segala cara untuk bertahan hidup.
Image result for top of the mountain survival
Unisyn membagi tahap Bertahan Hidup (Survival) ke dalam 4:
Kasta
  1. Shudra (Workforce) Survival: Square 1 s/d 3; dalam tahap awal ini dirancang bagaimana seorang murid harus bertahan hidup sebagai pekerja yang menerima penghasilan dari orang lain atau Employee. Kasus lainnya, bagaimana seorang murid yang belum bekerja diberikan hanya 2 (dua) pilihan: 1. berburu lowongan kerja dan sukses meraih  pekerjaan (job hunting)atau 2. membuka bisnis kecil usaha sendiri untuk hidup. Ketika seseorang masih berada di 2 kuadran kiri Cash Flow Quadrant Robert Kiyosaki. Umumnya masih bermukim di kota, kota kecil, atau kampung – A Small Community (Rural) Survival. Komunitas di sekelilingnya berjumlah antara tidak terhingga sampai 250 ribu orang.
  2. Vaishya (Entrepreneur) Survival: Square 4 s/d 6; Murid di tahap ini dilatih entreprenuership, agar ‘survive’ menghadapi hidup atau menghidupi diri sendiri dari berwirasawasta. Selesai Fase ini masuk Square 7 diberi gelar Financial Independent. Di tahap ini sering disebut Urban (City) Survival, dikarenakan umumnya murid di tahap ini berdomisili di kota besar. Komunitas di sekelilingnya berjumlah antara 65 ribu hingga sampai 4 ribu orang.Image result for all terrain survival challenge
  3. Kshatrija (Knight) Survival: Square 7 s/d 9; di tahapan ini murid Unisyn sudah Bebas Uang dan mungkin Waktu. Dengan demikian program program survival akan disesuaikan untuk itu – All Terrain Survival Challenge: di medan dan cuaca yang ekstrim seperti bertahan hidup di tengah laut, tengah gurun pasir, padang salju, hutan rimba dan medan berat lainnya. Di fase inilah dievaluasi jiwa kesatria dari seorang murid, harus mampu bertahan hidup dalam rentang waktu harian hingga mingguan di area ekstrim tanpa bekal makan dan minum yang harus dicari sendiri. Seorang murid bukan saja harus bisa ‘mencari’ sendiri makan dan minum bahkan mampu mengolahnya, mulai dari membuat api, mencari dan memasak sampai menyuling air murni kesemua bahan di dapat dari ketersediaan alam. Komunitas di sekelilingnya berjumlah antara seribu hingga sampai 64 orang terdekat. Image result for all terrain survival challenge
  4. Brahmins (Emissary) Survival: Square 10 s/d 12. Di sini sudah tercapai keadaan bebas Uang dan Waktu sepenuhnya – Solitary Survival. Murid Unisyn mulai bersiap diri hidup untuk Tuhan dan Alam Semesta; meninggalkan urusan dunia dan mulai hidup menyendiri sebagai pertapa. Jika di fase sebelumnya seorang murid harus mampu bertahan hidup hingga sampai pada waktunya dijemput kembali, di dalam fase ini si murid harus mampu bermukim dalam hitungan bulan hingga tahunan, sampai…mungkin, the rest of your life. Komunitas di sekelilingnya berjumlah antara 16 orang terdekat (Right Hands) hingga sampai seorang diri.
Image result for survival at sea picture

Thursday, February 20, 2003

Be a Unisyn Student Part 8 – End

          



876df-nirmala07
SQUARE 0: 1st Pillar (Physical Aspect) – Unisyn PST (Physical Screening Tests), Status: Casual. Catatan: Screen Test adalah bentuk Test; apakah tertulis atau praktik sedangkan Pembajaan (Steel) adalah bentuk penggemblengan Tahan Uji.
SQUARE MITOTIC
0 PHASE
1 ELEMENTARY 1 WORKFORCE
2
3
4 2 ENTREPRENEUR
5 INTERMEDIATE
6
7 3 KNIGHT
8
9 ADVANCED
10 4 EMISSARY
11
12
SQUARE CHATURVARNA
0
1 BODY Awakening SHUDRA WORKFORCE
2
3
4 MIND Self Transform VAISHYA ENTREPRENEUR
5
6
7 SOUL Essential Meaning KSHATRIJA KNIGHT
8
9
10 SPIRIT Enlightenment BRAHMINS EMISSARY
11
12
SQUARE Gaikokujin Brush Contact 外国人
0 Casuals
1 Associates 25% Student
2   Recruits 50% Student
3 Jr. Coach Aspirants (Cadets) Cadet (75%)
4 Coach Ensign 100% Student
5 Sr. Coach Operatives Operatives
6 Jr. Officers Sr. Operatives
7 Officers Officers
8   Sr. Officers
9 PROVOST Master Executive
10 Head Master
11 EMERITUS Chargé d’affaires  
12 ENVOY

SQUARE TRANSITORY
0
1
2 EARLY BIRDS NON STAFFS
3
4 ENLISTED COACHES Jr. Staffs BRIDGE
5 Staffs
6 Team Leaders
7 COMMISSIONED Second Officers
8 Chief Officers
9 Commanding Officers
10 COACHES Vice Principal
11 Principal
12 EMERITUS Consigliere  
HD Coaches
SQUARE 3 >  3rd  Pillar (Mental  Aspect) – Unisyn MST (Mental  Screening Tests). Di Square 3 juga ada dilakukan penggemblengan fisik dinamakan Men of Steel atau Masa Pembajaan.
SQUARE 6 >  2nd  Pillar (Financial  Aspect) – Unisyn FST (Financial  Screening Tests). Di Square 6 dilakukan Monetary of Steel atau Daya Tahan/Uji Keuangan.
Setiap murid harus sudah memiliki Extra Income dari wiraswasta, BUKAN dari bekerja di suatu perusahaan, dengan penghasilan aktif dan rutin setiap bulannya minimal 1 PI (Price Index). Contoh: 1 PI tahun 2015 = Rp 35.000,-. Extra Income dari wiraswasta, BUKAN dari bekerja di suatu perusahaan, dengan penghasilan aktif dan rutin.
Penghasilan ini harus ada supporting documents (dokumen bukti pendukung). Dengan sangat menyesal, perguruan Unisyn memang sejak awal didirikan bukanlah dengan misi memberi lowongan pekerjaan bagi saudara saudara kita yang jobless/pengangguran. Unisyn punya ruang lingkup terbatas pada kaum pekerja dan atau berwiraswasta untuk diarahkan menuju kesuksesan; bukanlah merubah seseorang dari status tidak ada pekerjaan menjadi sukses. Sedangkan kepada mereka yang sudah berpenghasilan apakah itu dari bekerja untuk orang lain (employee) ataupun berwira usaha (self employed) Unisyn masih mensyaratkan satu lagi: memiliki penghasilan tambahan (Extra Income) dari sumber berwiraswasta (self-employed) bukan sebagai karyawan. Unisyn memang mentargetkan ENTREPRENEURSHIP, memandu seseorang menjadi entrepreneur.
Dengan demikian dalam masa ini siswa wajib sudah menjalankan bisnis kecil kecilan yang dalam waktu dekat bisa menghasilkan laba atau penerimaan bersih sebesar 1 PI (~ Rp 35.000,-) dalam sebulan dan di bulan bulan berikutnya.


SQUARE 9 >3rd Pillar (Emotional Aspect): Unisyn EST (Emotional Screening Tests). Bersamaan dengan Program Mind of Steel atau Daya Tahan/Uji Pikiran. Setiap murid harus bisa berkenalan dan menambah teman (Relasi) kemudian dibuktikan dengan membawa mereka satu per satu atau sekaligus dalam suatu pertemuan. Dengan catatan: dalam pertemuan tersebut relasi yang dikenalkan sudah dijelaskan sedikit tentang Unisyn dan sudah dilakukan Edifikasi.
4th Pillar (Spiritual Aspect): Unisyn SST (Spiritual Screening Tests). Di SQUARE 12 dilakukan Program Moral of Steel.