Thursday, December 12, 2002

Be a Unisyn Student Part 6


Nirmala Sari
Preemptive Level:
  1. Cold Approach
  2. Brush Contact
  3. SQ 0: Casual

CASUALS II
Pelatihan di Perguruan Unisyn jika dirasakan susah sudah pasti susah. Namun sebenarnya sistem pelatihan di perguruan ini sudah dirancang sedemikian rupa agar TIDAK MUSTAHIL diikuti; tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya. Perguruan ini ada jalan kemudahannya, jika tahu kiat kiatnya. Seharusnya seorang siswa/calon siswa perguruan senantiasa berpedoman pada firman Tuhan: “Karena sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan”. Namun nyata nyatanya sebagian besar orang cenderung memandang suatu kesulitan sebagai beban hidup yang wajib dihindari, bukan dihadapi; sebagai gangguan, hambatan, ancaman. Orang lebih memilih lari dari masalah bukannya berupaya mengatasi masalah itu. Unisyn mengajarkan murid murid motto: “You can run for your life, but you can’t hide”.

BUILDING GAPS
Masih ada hubungannya dengan tema di atas, sebelumnya sudah dibahas 4P4S atau 4 Pillars Four Success dan kesemua itu berdasarkan asumsi seorang calon siswa/siswa perguruan dalam proses membangun keempat pilar itu dengan kondisi NORMAL. Artinya sebelum dan selama memulai pelatihan, kondisi orang tersebut memenuhi Casual Criteria. Sekarang bagaimana jadinya jika orang tersebut ketika memulai atau setelah dalam berlatih keadaan 4 Pilar pribadinya tidak normal/abnormal? Keadaan ini disebut Building Gaps. Akan dibahas berikut ini.
PHYSICAL GAPS
Apa dan siapa saja yang diberikan dispensasi? Ada 2 kelompok, yang disebut Dispensation dan Disable.
DISPENSATION
Calon siswa/siswa yang:
  1. Sudah cukup usia. Termasuk orang tua yang sudah hilang kekuatannya.
  2. Sakit adalah kondisi yang menyebabkan kesehatan seseorang hilang. Orang sakit yang khawatir bertambah sakit atau menjadi lambat kesembuhannya. Orang sakit yang tidak mungkin sembuh, yang tidak ada harapan  kesembuhan (secara medis).
Untuk poin 2 di atas, masyarakat banyak yang belum tahu bahwa di perguruan ini orang bukan saja digembleng agar bisa sukses di segi keuangan saja melainkan di segi segi lainnya, termasuk kesehatan. Jika ditekuni dengan sungguh sungguh, jurus jurus yang dilatih diperguruan ini juga sangat memungkinkan tubuh seseorang menjadi stamina prima dan bahkan beberapa macam penyakitpun bisa disembuhkan.
Para siswa/calon siswa yang kebetulan masuk dalam kelompok ini diperkenankan mencapai dibawah NORMAL TARGET yang ditetapkan perguruan sesuai dengan apa yang kami sebut AGED TABLE:
AGED TABLE AGES HEALTH WEALTH MINDSET SPIRIT
Child Mid Childhood 6 > 8 100% 0% 10% 0%
Late Childhood 9 > 11 100% 0% 25% 0%
Juvenile Teens 12 > 14 100% 0% 40% 0%
Teenagers 15 > 17 100% 25% 55% 10%
Adult Young Adult 18 > 26 100% 50% 70% 25%
Adult 1 27 > 31 85% 75% 85% 40%
Adult 2 32 > 40 70% 100% 100% 55%
Mature Middle Adulthood 41 > 48 55% 100% 100% 70%
Middle Age 49 > 65 40% 100% 100% 85%
Seniors Seniors 66 > xx 25% 100% 100% 100%
Sebagai contoh untuk Target Normal PST push ups sebanyak 50x, tetapi bagi seorang calon siswa yang berusia 50 tahun jumlah push ups yang perlu dikuasai adalah cukup sebanyak 20x. Hal serupa berlaku terhadap calon siswa/siswa yang menderita sakit berat. Tergantung atas pertimbangan dari Coachnya dan Coach di atasnya maka sipenderita sakit itu tidaklah perlu menuntaskan push ups 100x, melainkan dibawah itu.

KOMPENSASI
Terhadap kelompok kategori Dispensation ini Perguruan memberikan dispensasi tetapi ada kompensasi yang harus diberikan oleh siswa/calon siswa tersebut di Pilar ke 2; yaitu: penambahan besaran persentasi Abnormal Target diatas 100% (Normal Target). Misalnya orang tersebut diberikan dispensasi sebesar 40% dari Target Normal PST, maka ia di sisi FST wajib ‘menutupinya’ dengan Target 140%:
  • Normal Target FST: 1 PI ~ Rp 35.000,-
  • Abormal Target FST: 1.4 PI ~ Rp 35.000,- = Rp 49.000,-
DISABLE
Adalah seseorang yang keadaan fisik atau sistem biologisnya berbeda dengan orang lain pada umumnya, apakah menjadi kaum disable sejak lahir ataupun akibat mengalami suatu peristiwa.
Masalah – masalah yang berakibat pada seorang Disable:
  • Fisik; Luka yang diderita dari suatu bencana dapat bersifat sementara maupun permanen; e.g. tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa.
  • Psikologis; Perubahan yang mendadak akan membuat seseorang merasa tidak siap untuk menerimanya. Hal ini seringkali akan membuat seseorang merubah atau menata ulang cara pandangnya terhadap diri sendiri.
Para siswa/calon siswa yang kebetulan masuk dalam kelompok ini diperkenankan mencapai sasaran ABNORMAL TARGET dimana besaran persentasenya ditetapkan atas dasar kebijaksanaan Direct Coach dan Superior Coach. Tidak ada kompensasi yang diminta oleh perguruan untuk kaum Disable, akan tetapi ada persyaratan khusus: Calon siswa/siswa disable wajib secara berkala (setiap tingkat/Square) membuktikan keadaan fisiknya sehat, di luar disabilitas, dengan menunjukkan hasil General Medical Check Up.
FINANCIAL GAPS
Sudah dibahas sebelumnya bahwa perguruan ini masih belum bisa menerima calon siswa yang tidak punya penghasilan bulanan. Bahkan setelah menjadi siswapun jika mendadak siswa tersebut kehilangan penghasilan maka aktivitas pelatihannya dibekukan sementara (suspended).

Perguruan tidak mempersoalkan sumber penghasilan yang diperoleh seorang calon siswa/siswa sepanjang sumber penghasilan tersebut memenuhi 2 kriteria: Kosher (halal) dan legal. Juga perguruan ini tidak mempersoalkan seberapapun besaran penghasilan bulanan yang diperoleh calon siswa/siswa dalam bentuk bukan Extra Income, sebab perguruan hanya menitik-beratkan penerimaan bulanan yang datang dari Extra Income dan harus dari bisnis milik sendiri, bukan bisnis keluarga. Bisnis kongsian (bersama rekanan) masih diperbolehkan untuk sementara waktu.
MENTAL GAPS


Sudah dibahas sebelumnya bahwa perguruan ini tidak bisa menerima calon siswa atau siswa yang kemudiannya terbukti kecerdasan intelektualitasnya (Brain Intelligence) tidak mencukupi kriteria. Unisyn hanya mau menerima Casuals dengan IQ di atas rata rata, bukan IQ ‘jongkok’.
SPIRITUAL GAPS
Sudah dibahas sebelumnya bahwa perguruan ini tidak bisa menerima seorang atheist (tidak percaya Tuhan) sebagai Casuals. Perguruan masih tidak mempersoalkan seseorang yang memiliki masa lalu yang hitam sekalipun, asalkan orang tersebut ingin bertobat. Akan tetapi pintu masuk perguruan tertutup untuk kaum atheists. Image result for atheist

Wednesday, November 20, 2002

Be a Unisyn Student Part 5

 



Nirmala Asri
Metode Perguruan Unisyn berorientasi pada 2 hal:
  1. Value-driven Approaches (VDA) dan
  2. Multi-disciplinary optimization (MDO).

VDA yaitu Pendekatan melalui parameter NILAI (Values). Tolok ukur yang digunakan disebut Positive Value (lihat lagi artikel sebelumnya). Dalam era persaingan global yang ketat, individu atau perusahaan mencari cara untuk mendapatkan keuntungan kompetitif demi melindungi atau meningkatkan posisi daya jual-beli. Memberikan nilai (value) – berkualitas tinggi, di segi produk (barang dan jasa) yang dapat diandalkan merupakan suatu keharusan. Sejumlah perusahaan raksasa di dunia keberhasilannya setelah mereka mengadopsi strategi value-driven dalam melaksanakan program-program mereka yang berkualitas dan berkeunggulan tinggi.
MDO yaitu Optimalisasi melalui pendekatan berbagai disiplin ilmu seperti matematika, statistik, marketing, akuntansi, komputer, teknologi dan ilmu ilmu lainnya dipercaya sebagai solusi.
Banyak yang salah menyangka beranggapan Perguruan Unisyn amat sarat mengadopsi konsep, falsafah, manajemen dan segala sesuatu dari Jepang, hanyalah karena salah satu pendirinya orang Jepang (Osamu Yoshihara). Tidaklah demikian. Unisyn meramu segala sesuatu yang unggul dari berbagai sumber, apakah itu dari Jepang, Cina, Eropa. Amerika… dari mana yang terbaik termasuk dari nusantara. Sebab, Unisyn Brand Message:
“to be pivotal significant by international standards and latest technologies, yet retain best of traditions”

Preemptive Level:
  1. Cold Approach
  2. Brush Contact
  3. SQ 0: Casual

CASUALS
Jika seorang potenstial candidates dinilai lolos dari DD (Due Diligence) tahap Cold Approach dan Brush Contact, maka calon tersebut kini berubah status menjadi Casual dengan tingkat nol atau Square 0. Pada tingkat ini sebetulnya orang tersebut sama sekali BELUM dianggap murid perguruan; masih berstatus Calon Murid. Untuk sekedar info, para anggota perguruan Unisyn menyebut gaikokujin (外国人) untuk masyarakat di luar/non perguruan sekalipun seseorang itu sudah melewati tahap Cold Approach, Brush Contact hingga Casuals. Jika dalam tahap Cold Approach siperekrut aktivitasnya terbatas pada bercerita sedikit tentang Unisyn dan dalam tahap berikutnya Brush Contact siperekrut mulai bercerita banyak, mulai terperinci sedangkan dalam tahap Casuals ini sang Coach yang merekrut sudah tidak lagi menceritakan profile Unisyn melainkan mulai mempersiapkan sekaligus mengevaluasi ( to purvey while evaluating) dan mempersiapkan calon siswa tersebut untuk lulus dalam  4 jenis Screening Test yang terkait dengan 4 pilar: PST, FST, EST dan SST. Tahap Casuals ini sering disebut juga Hot Approach. Berikut adalah apa yang harus di”kejar” oleh seorang calon siswa atau Casuals:

PHASE
1 ELEMENTARY 1 WORKFORCE
2
3
4 2 ENTREPRENEUR
5 INTERMEDIATE
6
7 3 KNIGHT
8
9 ADVANCED
10 4 EMISSARY
11
12
SQUARE CHATURVARNA
0
1 BODY Awakening SHUDRA WORKFORCE
2
3
4 MIND Self Transform VAISHYA ENTREPRENEUR
5
6
7 SOUL Essential Meaning KSHATRIJA KNIGHT
8
9
10 SPIRIT Enlightenment BRAHMINS EMISSARY
11
12
  • Minimum Standards (performance tanpa jeda, antar performance jeda 2 menit):
    1. Push Ups: 50 x
    2. Sit Ups: 50 x
    3. Sprint: 100 m (16 detik)
    4. Jog: 5 km
    5. Walk: 5 km
    6. Swim: 25 m Side Stroke/Breast Stroke (Event tersendiri)
  • Competitive Standards (dalam performance tanpa jeda, antar performance jeda 2 menit):
    1. Push Ups: 75 s/d 100 x
    2. Sit Ups: 75 s/d 100 x
    3. Sprint: 200 m (32 detik)
    4. Jog: 10 km
    5. Walk: 10 km
    6. Swim: 50 m Side Stroke/Breast Stroke (Event tersendiri)
      Sit ups
  • Teknis Pelaksanaan: Casuals boleh memilih:
    1. Selesai dalam waktu 1 bulan seluruh Points of Performance di atas; atau
    2. Selesai dalam waktu 2 bulan seluruh Points of Performance di atas secara bertahap:
      • Bulan ke 1:
        • Push Ups: 25
        • Sit Ups: 25
        • Sprint: 50 m (8 detik)
        • Jog: 2.5 km
        • Walk: 2.5 km
        • Swim: 15 m Side Stroke/Breast Stroke (Event tersendiri)
      • Bulan ke 2:
        • Push Ups: 50
        • Sit Ups: 50
        • Sprint: 100 m (16 detik)
        • Jog: 5 km
        • Walk: 5 km
        • Swim: 25 m Side Stroke/Breast Stroke (Event tersendiri)
  1. Selesai dalam waktu 5 bulan seluruh Points of Performance di atas secara bertahap.



Friday, October 25, 2002

Be a Unisyn Student Part 4

          



Nirmala Asri

COLD APPROACH II

Cukup banyak yang bertanya kepada saya berapa lamakah seorang Coach dari mulai mengenal seseorang hingga kemudiannya terjadi Cold Approach. Jawabannya sangat relatif, tidak ada ukurannya. Saya ambilkan contoh seorang coach yang memang sudah piawai sekali dalam hal rekrutmen, yakni HD Coach – Tokoh Besar Perguruan, beliau hanya dalam hitungan jam sudah cukup melihat adanya potensi tersembunyi dalam diri seorang Susi Rusanti yang kala itu masih berumur 13 tahun dan sang calon siswi inipun langsung berminat. Di lain waktu, orang yang sama, The Conceptor atau HD Coach, perlu lebih dari 5 tahun sampai bisa meyakinkan Larasati. Tidak ada acuan yang pasti disini.
Setelah seorang Coach Unisyn melihat  adanya antusiasme dan respons positif dari relasinya yang sudah cukup lama dipandang potensial, barulah sedikit demi sedikit disampaikan ke calon siswa potensial mengenai perguruan Unisyn. Biasanya Coach tersebut menceritakan tentang perguruan sambil lalu saja. Inilah Cold Approach.
Preemptive Level:
  1. Cold Approach
  2. Brush Contact
  3. SQ 0: Casual

BRUSH CONTACT
Selanjutnya setelah Recruiting Coach merasa yakin relasinya layak menjadi calon siswa Unisyn, barulah tahap berikutnya Brush Contact masuk. Disini ia akan menjelaskan lebih terperinci dan agak lengkap mengenai perguruan ini. Sebelum kita lanjut pembahasan ini, mungkin diantara anda masih belum tahu apa dan bagaimana Unisyn itu sendiri.
The universal Synergy merupakan suatu program pelatihan kesuksesan dengan konsep Cross-over atau dalam bahasa Inggris didefinisikan the process of achieving success in a different field or style (proses pencapaian sukses melalui berbagai ragam bidang dan cara). Perguruan ini memiliki definisi sendiri atas SUKSES. Unisyn percaya bahwa awal dari peta jalan menuju sukses titik berat pertamanya adalah bagaimana bertahan hidup; bahwa hanya orang dengan kemauan yang kuat, keras, dapat menghadapi dan menaklukkan kejamnya kehidupan, apakah itu berupa tantangan atau ancaman atau hambatan atau gangguan. Dari itulah Brand Description perguruan ini: X-over Life Survival Training Programs.
Dibutuhkan latihan yang keras, disiplin yang ketat dan penderitaan hebat demi meraih sukses. Kemampuan ini sebenarnya menjadi faktor paling penting untuk membangun, untuk membangkitkan kekuatan raksasa yang tersembunyi (awaken the giant within) di dalam tubuh setiap manusia; kekuatan untuk membangun pola pikir yang dahsyat.
Dalam Perguruan UNISYN ada 4 Pilar Kehidupan yang dipercaya bisa membangun kesuksesan seseorang dan pilar pilar tersebut dinamakan 4P4S (Four Pillars For Success):
  • Kesehatan (1);
  • Keuangan (2);
  • Kebijakan, dimana di dalamnya ada 2 Pilar:
    • Pola Pikir (3);
    • Spiritual (4)
Maka dari itu Training Manual perguruan diselaraskan dengan langkah pembangunan keempat pilar tersebut. Dengan Training Module yang terkait dengan tolok ukur, yang masyarakat menyebutnya Quotient. Kami punya tolok ukur sendiri yang disebut PV atau Positive Value.
“Try not to become a person of success, but rather try to become a person of value.”
Albert Einstein
  • Pillar Building Programs:
  1. Health Pillar – 1st Pillar Program  dengan training programnya disebut Health Module (Physical Quotient; PQ)
  2. Wealth Pillar – 2nd Pillar Program (Financial Quotient; FQ)
  3. Wise Pillar:
Mindset Pillar3rd Pillar Program:
  1. Intelligence Quotient (IQ) sebagai Sub Module
  2. Emotional Quotient (EQ) sebagai Sub Module
Spiritual Pillar4th Pillar Program (Spiritual Quotient; SQ)
Untuk mempermudah mengingatnya, rekan Aylen memberikan alternatif pembangunan Pilar menjadi 5 (lima):
  1. Health Pillar – 1st Pillar Program  dengan training programnya disebut Health Module (Physical Quotient; PQ)
  2. Wealth Pillar – 2nd Pillar Program (Financial Quotient; FQ)
  3.  Intelligence Pillar3rd Pillar Program (Intelligence Quotient; IQ)
  4.  Emotional Pillar – 4th Pillar Program (Emotional Quotient; EQ)
  5.  Spiritual Pillar –  5th Pillar Program (Spiritual Quotient; SQ)
Keempat atau kelima Pilar tersebut di atas masing masing berfondasikan the Tao Principles: Harmony, Symmetry, Balance & Flow
Image result for tao principle picture

Apa sebabnya perguruan ini lebih memilih menciptakan tolok ukur sendiri selain Quotient?  Perguruan ini memandang bahwa selain kelima jenis kecerdasan di atas (PQ, FQ, IQ, EQ & SQ) masih ada unsur lain yang yang memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan hidup atau karir seseorang yaitu AQ (adversity quotient). Ini sejalan dengan Brand Description perguruan: X-over Life Survival Training Programs. Adversity Quotient (AQ) yang dikembangkan oleh Dr Paul Stoltz dalam bukunya – Adversity Quotient: Turning Obstacles Into Opportunities. (April 21, 1997)

Adversity quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup, dalam hal ini dilihat dari tidak mudahnya menyerah dalam menghadapi setiap kesulitan hidup, ketangguhan, ketenangan dalam menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari alternatif solusi masalah. Kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan pasif mengatasi kesulitan. Ketahanan ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi kesulitan akan menghadapi, bukan menghindari, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa.

Kenapa Adversity Quotient? Kenapa seseorang di perguruan ini dituntut harus Tanggap (Smart Responsive Brain), Tangguh (Mental Toughness) dan Trengginas ( Dynamic Physical Stability)?

“No masterpiece was ever created by a lazy artist.” –Anonymous.

Jika diterjemahkan bebas untuk kutipan di atas: Orang malas tidak menghasilkan apa apa.
Abraham Lincoln: “Things may come to those who wait… but only the things left by those who hustle.”
Juga kami percaya bahwa, “It pays to be a winner”, apa yang dijadikan slogan US Navy SEAL. Hal serupa kami punya slogan dalam pelatihan: ”Hard Training, Tight Disciplne & Severe Suffering”.
Embedded image permalink
UNISYN Desert Jogging

Wednesday, September 4, 2002

Be a Unisyn Student Part 3

     


Nirmala Asri
  1. Cold Approach
  2. Brush Contact
  3. SQ 0: Casual
Sebelum masuk ke topik berikutnya (Brush Contact) pastinya masih ada pertanyaan yang belum terjawab: Apa kriteria penilaian pada seseorang sehingga dirinya dianggap layak menjadi murid dan laik mengikuti pelatihan di perguruan Unisyn?
Hanya ada 4 (empat) saja kriteria seseorang dianggap calon murid potensial atau yang disebut Casuals:
  1. Positive Mindset, 前向きな思考 (Maemukina shikō)
  2. Going Concern, 魂動 (Kodo) ~ soul of movement, moving upward
  3. Analytical & Orderly Mind, 分析的で秩序ある心 (Bunseki-tekide chitsujo aru kokoro)
  4. Continous Improvement, 改善(Kaizen)
Kriteria Calon Siswa (Casuals Criteria) ini disusun bersama oleh Osamu Yoshihara dan The Chef

POSITIVE MINDSET
Para siswa perguruan ini nantinya akan selalu mengejar Dream miliknya dan Coach-nyapun akan “mengejar”/mengingatkannya selalu akan Dream-nya. If you can DREAM it, you can ACHIEVE it. Kalimat bijak ini bisa meringkas apa itu makna positive mindset. Keyakinan tentang sikap mental positif akan merajut sejarah kehidupan. Keyakinan tentang pentingnya membangun impian-impian dan imajinasi yang positif tentang masa depan hidup.
Para siswa juga nantinya ditugaskan rutin melakukan suatu kontemplasi yang dinamakan KYS (Know Your Self), berisikan antara lain seputar tema tentang positive mindset ini dalam bentuk aktivitas self -talk dan self- feeling yang positif. Sebab seperti itulah yang ditulis oleh para pakar Positive Psychology, bahwa pikiran dan perasaan yang ada dalam diri kita, akan memantulkan efek balik yang dramatis dalam perjalanan hidup kita.
Kalau pikiran dan perasaan kita selalu dilimpahi dengan prasangka positif, dengan sudut pandang yang positif, dengan kosa kata yang positif (hebat, bisa, yakin, bahagia, menakjubkan, bersyukur, berterima kasih, …) maka jalinan hidup kita cenderung akan bergerak kearah tersebut.

GOING CONCERN
Ini adalah konsep penting yang harus merefleksikan nilai seseorang untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Lebih detil lagi, going concern adalah suatu keadaan di mana individu dapat, tidak saja eksis melainkan juga punya nilai tinggi di masyarakat dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini banyak dipengaruhi oleh keadaan finansial dan non finansial.
Apa itu going concern? Simpelnya adalah: bertahan hidup, survive. Namun arti secara harafiah jika diterjemahkan lebih bermakna “peduli beraktivitas”, kata lainnya selalu BERGERAK atau TAKE ACTION!
Jadi selain Positive Mindset, atau sikap mental yang positif, pada akhirnya keberhasilan hidup yang sejati seseorang hanya bisa dipahat manakala orang itu juga bisa minindak-lanjutinya berupa serangkaian Positive Action. Ini sejalan dengan hukum karma atau hukum tabur tuai: apa yang Anda berikan dalam hidup ini adalah apa yang akan Anda terima kembali dalam hidup. Berikan tindakan positif, maka Anda akan menerima yang positif. Berikan hal-hal dan tindakan yang negatif, maka Anda akan mendapatkan yang negatif.
Dari adanya pematuhan konsep Going Concern inilah kemudiannya diturunkan beberapa konsep lainya dalam perguruan seperti: Time Space Management, Dynamic Flow, Efficiency & Effectiveness dan banyak lagi.

ANALYTICAL & ORDERLY MIND
Perubahan yang terjadi begitu cepat, terutama dalam bisnis ditambah munculnya berbagai masalah di berbagai bidang tanpa henti menuntut manusia untuk menyesuaikan diri dan membangun diri menghadapi rintangan dan tantangan. Setiap masalah yang muncul tersebut harus segera dicari pemecahannya. Kondisi ini menuntut semua orang harus berpikir kreatif (order) dan kritis (analitis).
Menurut Shukor (2001) ada dua macam keterampilan berpikir, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Sedangkan Cotton (2003) mengusulkan istilah lain untuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, yaitu higher order thinking skills (keterampilan berpikir tingkat tinggi). Berpikir kritis dan kreatif berkaitan dengan aktivitas Tingkat Tinggi seperti kemampuan dalam memecahakan masalah, menetapkan dan mengambil kesimpulan secara logis (Nickerson, 1998).
  1. Analytical Thinking (Kemampuan Berfikir Analitis/Kritis). Berpikir secara analitis diperlukan terutama dalam memecahkan suatu masalah. Namun, diperlukan teknik dan kerangka kerja yang sistematis (systematic framework) untuk mempercepat penemuan solusi terhadap masalah tersebut. Analysis adalah proses yang dilakukan secara hati-hati dengan membagi-bagi masalah melalui aplikasi teknis analisis dan penerapan pengetahuan yang tepat. Sebagai contoh, analisa fakta membutuhkan pembuktian hipotesa. Sudut pandang berpikir kritis disampaikan oleh Eggen dan Kauchak (1996) bahwa berpikir kritis adalah:
    • keinginan untuk mendapatkan informasi,
    • kecenderungan untuk mencari bukti,
    • keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan,
    • sikap dari keterbukaan pikiran,
    • kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian),
    • menghargai pendapat orang lain, toleran terhadap keambiguan.

  1. Orderly Thinking (Kemampuan Berpikir Kreatif). Pentingnya berpikir kreatif dalam memecahkan masalah disebabkan masalah akan selalu muncul selama hidup. Masalah itu ada seiring dengan adanya kehidupan. Tugas manusia adalah menyikapi masalah-masalah yang ada. Cara menyikapi masalah akan berbeda. Dalam hal ini, kreatifitas sangat membantu. Ada masalah yang sulit sekali dipecahkan dan hanya dengan kreatifitaslah kita bisa memecahkan masalah-masalah dengan cepat. Banyak masalah-masalah yang memerlukan kreatifitas. Tidak hanya masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, juga masalah-masalah dalam bisnis, karir, pelajaran, dan lain-lain. Dengan kreativitas seseorang dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu persoalan. Dari potensi kreatifnya, seseorang dapat menunjukkan hasil perbuatan, kinerja/karya, baik dalam bentuk barang maupun gagasan secara bermakna dan berkualitas.Jadi kesimpulannya, kreatifitas sangatlah penting. Bila tidak, seorang manusia akan kalah dalam persaingan jika tidak mampu berpikir kreatif.
Perguruan Unisyn memandang perlunya ada budaya berpikir kritis dan analitis di dalam diri setiap murid. Salah satunya sebabnya adalah untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat yang selalu muncul pengetahuan baru tiap harinya, sementara pengetahuan yang lama ditata dan dijelaskan ulang.
 
CONTINOUS IMPROVEMENT
Konsep Kaizen secara luas diperkenalkan oleh Masaaki Imai dalam bukunya “Kaizen : the key to Japan’s competitive success” (1986). Kaizen adalah sebuah filsafat yang banyak digunakan bangsa Jepang, khususnya di bidang manjemen perusahaan. Filsafat Kaizen intinya adalah melakukan “perubahan berkesinambungan” perubahan terus menerus selalu menyempurnakan pencapaian-pencapain yang telah diraih pada masa sebelumnya.
Pentingnya Kaizen
Unisyn memandang perlu setiap muridnya memahami dan menjalani konsep Kaizen. Sebab konsep ini amat berguna dalam pengingkatan mutu produk yang dihasilkan dalam bisnis masing masing dan tak kalah pentingnya adalah di segi etos kerja. Dari konsep inilah kemudiannya diturunkan beberapa konsep penting lainnya seperti: Zero Deffect, Zero Inventory, Just-in Tme, Total Quality Control, Autonomation dan masih beberapa lagi. Apa sih bahasa sederhananya dari konsep Kaizen ini yang perlu ada dalam visi seseorang? – Keinginan dan kemampuan untuk selalu memperbaiki diri!

Sunday, August 11, 2002

Be a Unisyn Student Part 2

          


Nirmala Asri

Ada 12 “Level” atau tingkat di The Universal Synergy yang disebut SQUARE (SQ). Kami cenderung menyebutnya sebagai Career Path, karena ‘path’ di perguruan ini bukan cuma berupa jenjang pelatihan edukatif melainkan juga merupakan Life Survive berbentuk jenjang perolehan penghasilan tetap. Ada 3 jenis penghasilan bulanan yang nantinya akan diterima oleh setiap siswa jika selalu lolos uji: (1) Earned Income, (2) Portfolio Income & (3) Passive Income.

Sebelum masuk Square One sebagai Entry Level, lebih dulu ada fase penseleksian yang disebut dengan Pre-entry Level atau malah lebih seringnya disebut Preemptive Level, karena di fase ini sudah terjadi “pengosongan” atau pre-emptive terhadap calon siswa. Maksudnya calon siswa yang digadang gadang akan digabungkan menjadi siswa masih besar kemungkinan kemudiannya diputuskan dibatalkan (Cancel). Preemptive Level ini dibagi dalam 3 tahapan:
  1. Cold Approach
  2. Brush Contact
  3. SQ 0: Casual

COLD APPROACH
Seorang siswa Unisyn yang minimal sudah di tingkat 3 atau kategory Enlisted Coaches sudah dibolehkan merekrut calon siswa untuk menjadi muridnya. Namun bukanlah berarti dengan mudah ia menawarkan apalagi sampai mengajak seseorang untuk bergabung. Sebab setiap siswa wajib mematuhi Kode Etik perguruan yang tercantum dalam Prime Directive, yang antara lain disebutkan bahwa:
Siswa Perguruan Unisyn tidak diperkenankan dalam mencari dan merekrut calon murid melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya dalam bentuk apapun.

Kemudian dalam Kode Etik Coach lainnya (UNISYN Coach Code of Professional Conduct) yang terkait adalah tentang Komisi dan Fee Referal:
  1. Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan atau diterima kepada/dari calon siswa/siswa/pihak lain dalam rangka penugasan atau aktivitas serupa.
  2. Fee Referal (Rujukan). Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama kolega/ relasi dan atau jenis jasa profesional lainnya.

Unisyn Coach tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi dan Fee Referral apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi. Hal ini tercantum dalam Ethic Code: independence in mental attitude; selain beberapa kode etik sekelas itu seperti: the need for technical competence, due professional care, adequate planning and supervision, sufficient evidence, appropriate reporting

KESIMPULAN FASE PREEMPTIVE COLD APPROACH
  1. Dengan adanya batasan batasan itu seorang siswa hanyalah bisa merekrut seseorang yang dari hasil observasinya dalam waktu cukup lama dianggap potensial untuk dijadikan calon muridnya hanyalah berupa pemberian informasi kecil, singkat, dimana frekuensi penyampaiannya secara bertahap, semakin intensif dan makin ekstensif. Jadi dengan kata lainnya: TIDAK MUNGKIN seorang siswa menawarkan apalagi sampai mengajak seseorang. Jika tidak ada respons positif dari sicalon murid potensial tersebut maka proses Preemptive Level segera dihentikan.
  2. Seorang perekrut bersifat setengahnya pasif, menunggu response dari calon siswa. Harus ada inisiatif yang datangnya dari si calon siswa apakah berupa pertanyaan pertanyaan keingintahuan lebih lanjut hingga antusiasme yang dianggap oleh perekrut cukup untuk memulai ke tahapan berikutnya: Brush Contact.

Wednesday, July 10, 2002

Be a Unisyn Student Part 1



Nirmala Asri

Sejak dulu sekali di tahun 1997 saya diterima bergabung untuk diberi kesempatan berlatih How to Survive di perguruan Unisyn, pertanyaan yang paling sering saya terima dari orang orang disekeliling saya adalah: “Bagaimana caranya agar bisa diterima di Unisyn?”. Mereka tidaklah menyadari bahwa diterima di Unisyn baru merupakan titik awal suatu perjalanan sukses panjang dimana di dalam perjalanan itu banyak sekali aral rintang ujian yang harus seorang siswa lewati secara bertahap. Bila satu saja dari sekian banyak titik titik uji itu (disebut étape) ia gagal, maka langsung vonis cancellation dijatuhkan ke simurid itu. Unisyn adalah perguruan kesuksessan yang tidak berbayar alias GRATIS. Karena sifatnya cuma cuma, paling pantang pihak manajemen perguruan dibilang ‘murah’, melainkan selalu diluruskan jadi: murah TAPI BUKAN MURAHAN. Berhubung gratis, Pelatih perguruan (Coach) tidak dibayar, masuk akal jika mereka pantang melatih murid murid yang malas dan atau dogol; yang di kalangan perguruan dijuluki Underdog. Agar perlu diingat bahwa perguruan Unisyn bukanlah tempat yang akan merubah seorang rata rata menjadi diatas rata rata, melainkan dari seorang diatas rata rata menjadi jauh jauh dan jauh diatas rata rata. Maka dari itu mereka ada motto: the tip of the top of the cream of the crop atau singkatnya: the Very Best of the Best.

Pernyataan di atas itulah ditambah “Kebijakan Tutup Pintu” atau No Admittance yang kemudiannya disalahartikan oleh banyak orang. Perguruan Unisyn memang menutup pintu, tapi ada tapinya > untuk orang orang yang tidak masuk kriteria (atau Underdog tadi) namun tentunya sangatlah bodoh jika Unisyn tetap tidak membuka pintunya terhadap segelintir orang orang di dunia ini yang memang sebelum masuk perguruan saja sudah terbukti memenuhi persyaratan. Bagaimanapun juga Unisyn tetap perlu menyebarkan ilmu intinya yang disebut Uni-G, yang begitu priceless, tapi terbatas teruntuk orang orang yang tepat (baca: bukan untuk semua orang).
Banyak orang yang menafsirkan kriteria masuk ke dalam Unisyn berdasarkan sudut pandang mereka, BUKAN dari sudut pandang perguruan itu sendiri. Salah satu kesulitan saya menjawab pertanyaan pertanyaan seperti: “Nilai IQ dia berapa sih?” atau “Kondisi fisik dia sepertinya biasa biasa saja…” atau “Dia kan bukanlah orang dari kalangan The Havest…” semua pertanyaan yang berujung dengan “kenapa dia bisa diterima di Unisyn?” tambah runyam lagi “…sedangkan saya kenapa tidak bisa?” Selalu perlu ditekankan bahwa Unisyn mempertimbangkan seluruh aspek pra-kualifikasi sebelum akhirnya memutuskan menerima seorang pelamar.  Dari semua aspek, apakah itu Kecerdasan, Stamina Fisik, Moral Spiritual, Orientasi Bisnis dan masih banyak lagi. Karena itu, mereka yang berminat bergabung pelatihan amat perlu mempersiapkan semua aspek menyangkut keunggulan dan keterbatasan dalam dirinya. Jangan hanya fokus pada meningkatkan stamina fisik hingga prima atau banyak baca buku guna meningkatkan inteligensia saja. Semua aspek! Hal ini wajar, karena jikalah diberi skala A s/d E dimana A terbaik C ditengah dan E terburuk, Unisyn memang didisain bukanlah untuk merubah diri seseorang kategori C apalagi D dan E, melainkan A untuk di’self transform’ menjadi minimal AA hingga, kalau bisa, menjadi AAAA…
Lupakan mitos-mitos yang tidak mendukung persiapan melamar. Pelamar tidak perlulah mengarang teori sendiri tentang bagaimana Unisyn memilih pelamar. Memusingkan. Hal ini hanya akan menjauhkan fokus dari hal-hal yang lebih bisa dipersiapkan (seperti menulis esai yang baik dalam bahasa Inggris, mencari peluang berbisnis atau jogging 10 km…) dan yang lebih penting lagi, sejak melamar perlu memiliki pola pikir bahwa Unisyn menilai pelamar berdasarkan kualitas pelamar, bukan hal-hal lain yang jauh dari kontrol pelamar, seperti “dari keluarga mana dia dilahirkan”. Sangat absurd.

The Tip of The Top

Thursday, June 20, 2002

Operatif Maribel




Sri Wardhani adalah anggota yang sudah mencapai Square 9 (th 2010).
Nama awalnya Maria Isabel. Lahir 25 tahun (tahun ini 2010) yang lalu dan adalah anggota termuda untuk saat ini. Ibu berasal dari Jogja, Paku Alaman dan ayah asal Filipina. Kemudiannya mengubah nama menjadi nama ibunya – Sri Wardhani setelah mualaf tetapi teman teman tetap memanggilnya Maribel (Maria Isabel).
Maribel menyelesaikan BA bidang Computer Science di Boston University kemudian lanjut menamatkan MA di bidang Cognitive & Neural Systems juga di universitas yang sama. Sekarang ini bekerja sebagai IT Senior Consultant di Accenture juga di Boston. Perusahaan ini dulunya bernama Andersen Consulting, tempat dimana konseptor klub ini juga bekerja. Diperkirakan sekitar 1 atau 2 tahun ke depan Maribel akan berhenti bekerja karena akan mencapai EF.
Coach Maribel di klub ini adalah Susi Rusanti setelah sebelumnya sempat berguru langsung dengan pak konseptor. Bapak kita inilah yang membentuk dan membalik kepribadian gadis cantik ini dari yang tadinya penakut menjadi luar biasa berani dan cenderung nekad; inilah yang kemudiannya agak disesali oleh pak guru. Hobby Maribel adalah extreme sport; mulai dari panjat tebing (hill climbing), deep diving (menyelam sangat dalam), sky diving (terjun payung dari ketinggian sangat tinggi) dengan pengalaman parasitnya baik utama maupun cadangan sempat tidak terbuka yg mengharuskan ia memotong payung cadangan dan membenarkan letak payung utama agar bisa bekerja sempurna. Namun dia terus kembali terjun payung, tidak kapok. Sewaktu ditanya bagaimana perasaannya ketika itu, dia jawab: ‘bersyukur saya di komunitas ini diajarkan FOKUS dan Calm (ketenangan) dimanapun kita berada. Bila tidak, saya sekarang ini hanya tinggal nama”. Maribel memiliki lisensi menerbangkan pesawat kelas jetstream, setiap akhir minggu dia selalu menambah jam terbangnya.
Kegiatannya sekarang selain terbang adalah go kart karena ingin mencoba racing di Indianapolis. Wow!
0c90f-maribel02
Maribel di Boston

Wednesday, May 15, 2002

Human Being Optimizer [HBO]





Author: Titi Murniati Nefertiti
Image result for pematahan batang besi
Program Human Being Optimizer atau yg lebih sering disebut optimizer adalah sesuai namanya program pengaktifan sumber sumber potensi tersembunyi dalam diri manusia atau publik menyebutnya dg istilah ‘tenaga dalam’. Program ini seperti program pelatihan umumnya sudah tentu dibagi bertingkat tingkat mulai dari Basic hingga Advanced. 
Program Basic Optimizer pada dasarnya dibagi  dalam 4 kategory yaitu terdiri dari:
  1. Static Relaxing: 12 jurus
  2. Static Tensioning: 11 jurus
  3. Dynamic Relaxing: 10 jurus
  4. Dynamic Tensioning: 9 jurus
Harap dicatat bahwa untuk melakukan pelatihan dasar ini dibutuhkan kelenturan tubuh, ketahanan nafas dan daya tahan terhadap rasa sakit selagi dilatih.

Monday, April 15, 2002

Operatif Susi Rusanti



Susi27b

Susiana Rusanti adalah operative perguruan dan menjadi siswa sejak 1995.
Mojang Cianjur ini lahir 27 tahun yang lalu (1983) tepatnya di daerah Kadupandak. SD di Cianjur dilanjut SMP sekaligus pesantren Sukanegara dimana dalam sejarahnya Presiden ke 1 RI (Sukarno) pernah berlindung di pesantren ini. Gadis ini menguasai 5 bahasa asing: Arab, Rusia, Inggris, Jerman dan Mandarin. Susi melanjutkan SMA di Bandung dan selama 3 tahun itu belajar les privat bahasa Rusia dari Nadia Lebedev, yang kebetulan adalah teman bapak pendiri dan konseptor Perguruan.
Selesai SMA kemudian sempat menyesuaikan diri hampir setahun di Moskow sebelum masuk ke Universitas Negeri Top 5 Rank di Rusia, yakni Московский государственный университет имени М. В. Ломоносова, Lomonosov Moscow State University  atau Universitas Negeri Moskow jurusan Fakultas Komputasi Matematika dan Cybernetika tahun 2001. Dengan singkat menyelesaikan Master of Science 5 tahun kemudian dan sempat menjadi asisten dosen andalan Oleg Borisovich Lupanov seorang pakar Sibernetika. Susi lulus summa cum laude dengan disertasi doktoral bertemakan:
“Numerical approach to solving Andronov-Hopf and Bogdanov-Takkens systems of differential equations” dengan advisor: Prof. Maria Emelianenko. Tahun 2008. Beberapa tahun sebelum selesai kuliah, ia sudah bekerja part time dan sewaktu selesai mengambil Phd sempat ditawari kerja untuk Sukhoi Design Bureau dan yang mengagetkan, menurut pengakuannya dan beberapa bukti penawaran otentik, dia pernah akan direkrut oleh Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR) yaitu biro pengganti KGB. Keduanya ditolak dan hingga kini Susi masih bekerja di Oleg Deripaska Holding Company, orang trkaya di Rusia; sekalipun Susi melalui perguruan ini sudah berhasil mencapai keadaan EF (Economically Free) di tahun 2009 lalu. Suatu keadaan yang seharusnya ia tidak perlu bekerja lagi, karena sudah memiliki keadaan bebas Uang, Waktu dan Usaha. Alasannya untuk tetap bekerja hanya atas dasar mengisi kesibukan dan kesenangan.

Wednesday, March 20, 2002

== Sikap Hormat Perguruan Uni-Syn ==


Expand Messages
  • Anak Agung Ayu Ratna Dewi
    Nov 19 1:58 AM

    "Mengangkat dua jari tangan kanan (telunjuk dan jari tengah) di depan kening. Bersamaan itu pula sambil menarik nafas halus disertai tangan kiri membentuk sikap hormat tegak lurus bentuk "pisau tangan" di depan dada agak ke kiri (di depan jantung) tidak menempel, badan tegak, pandangan lurus ke depan, muka tegak, kaki terbuka (sikap stand still)"

    Artinya :
    1. Dua jari di depan kening
      • Anggota Perguruan selalu mengutamakan pemikiran terlebih dahulu daripada bertindak
      • Dua jari juga merupakan lambang perdamaian (kode etik internasional) sehingga anggota Perguruan harus selalu mengutamakan, menjunjung tinggi menghormati, serta mencintai perdamaian
      • Dua jari membentuk huruf U; awal dari Universal Synergy
      • Dua jari juga mengingatkan the Law of Polarity (Hukum Polaritas) dari Universal Law (HAS) dan sekaligus mengukuhkan bahwa para warga perguruan akan selalu memahami dan mematuhi Hukum Alam Semesta (HAS). Bahwa di dunia ini ada dua hal yang selalu ada baik-buruk, siang-malam, ayah-ibu, pria-wanita, untung-rugi, ada penciptaan-ada ciptaan.
    2. Tangan membentuk sikap hormat (4 jari menghadap ke atas dan 1 ibu jari dilipat sejajar dengan pangkal ruas keempat jari) melambangkan:
      • Seorang siswa perguruan harus senantiasa menghormati sesama penghuni alam semesta
      • Kerendahan hati (low profile)
      • Keteguhan hati (waktu menghirup nafas) menyatukan dengan alam, dengan kehendak-Nya, berpasrah diri, menyadari sedalam-dalamnya bahwa kita hamba Tuhan.
    3. Bentuk kaki (sikap siap Double S): Melambangkan sikap mandiri, kokoh, tegak, tegap, tegas dengan sikap memandang lurus ke depan.

Tuesday, February 19, 2002

ORCA vs Uni-G




Author: Wiwiek Setiawan (W W Kwong)
picturetopeople.org-3d74c8a1320bc10460e6b811c1de3b8e46f9fa2da209164cba
Equitas Club, MGM dan beberapa komunitas lain yang saya ketahui mencoba menerapkan konsep Uni-G dalam pelatihan sukses. Terakhir saya dengar Infinity Club juga dicanangkan akan menerapkannya. Memang, Tokoh Pendiri Unisyn sepakat membagi ilmunya ke banyak orang, sesuai dengan komitmen yang diberikan beliau ke para petinggi beberapa komunitas itu. Formulanya kemudian diramu kembali oleh pak Tino Vitri dalam konsep yang dinamakanOrca (Organized Courses for A achievement). Orca ini kandungannya jika ditotal adalah 25% dari Uni-G. Publik bertanya, kenapa 25%? Kenapa tidak 100%? Ayo, sadarilah! 25% saja cukup bisa membuat para pesertanya bergelimpangan, mundur tanpa berita atau ‘pertapa’ alias pergi tanpa pamit.
Di perguruan Unisyn, Faktor keberhasilan membangun Pilar 2 muridnya dalam berwirausaha bukan hanya dilihat dari seberapa keras anda bekerja, tetapi seberapa cerdas anda melakukan dan merencanakan strategi serta mewujudkannya; disamping beberapa faktor lainnya seperti: Faktor peluang. manusia (SDM), keuangan. organisasi. perencanaan dan lain lain.
Namun dari kesemua itu banyak orang yang salah menyangka, sungguh, seakan akan Unisyn merupakan lembaga melatih kesuksesan. Tapi kami sebagai orang dalam tidak sepenuhnya menyalahkan. Sebab di sekitar tahun 2000an di masa penggabungan manajemen perguruan dengan beberapa klub (Equitas, MGM dan beberapa lainnya) dimana beberapa komunitas ini punya tujuan seragam: yakni Kesuksesan dan dari sinilah publik lalu memukul rata seakan akan perguruan juga sama, bertujuan melatih sukses. Padahal sesuai brand message Unisyn: X-over Life Survival Training Program; BUKAN ‘Success’ Training Program. X-over karena pelatihannya dari berbagai Skills dan Knowledge. Dari awal pendirian landasan misinya adalah melatih untuk survive; apakah city survival, urban survival, jungle survival hingga desert dan snow survival. Jadi mohon agar dibedakan antara pelatihan sukses dan pelatihan bertahan hidup (survive); seakan sama, serupa tapi tak sama.
Image result for jungle survival picture
Jungle Survival
Sebagaimana banyak yang sudah mengetahui, di perguruan ini ada 4 Pilar yang disebut 4P4S (4 Pillars 4 Success) atau 5 Pilar:
  1. Physical Intelligence (PQ)
  2. Financial Intelligence (FQ)
  3. Mental Intelligence
    1. Brain Intelligence (IQ)
    2. Emotional Intelligence (EQ)
  4. Spiritual Intelligence (SQ)
Image result for adversity quotient picture
Masih ada unsur satu lagi yang membedakan kami, yakni adanya konsep Adversity quotient (AQ). AQ dikemukan oleh Stoltz sebagai wacana mengenai kualitas pribadi yang diperlukan seseorang untuk meraih kesuksesan di segala aspek kehidupannya. Konsep ini merupakan hasil penelitian selama 19 tahun dan penerapannya selama 10 tahun serta melibatkan laporan dari 7500 orang yang pernah mengikuti seminarnya.
Melalui konsep AQ ini, Stoltz memberikan teknik yang menjamin individu menjadi seseorang yang lebih psroduktif, kreatif dan kompetitif sekaligus mampu mengurangi lingkungan yang terus berubah dan bergejolak, serta dapat mengatasi ancaman-ancaman dan kegagalan-kegagalan yang dialami.
Adversity quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup, dalam hal ini tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap kesulitan hidup.
Sekarang coba lihat salah satu saja dari 4 atau 5 poin di atas dan misalkan, faktor PQ (Physical Quotient), disamaratakan isi materi pelatihannya dengan Unisyn, apa akibatnya?
Aspek Fisik: dalam kondisi apapun siswa Unisyn harus sanggup berlari jarak jauh sambil membawa ransel, large shoes dan beberapa perlengkapan (termasuk tenda) berkilo kilogram dengan hanya satu yang dipikirkan,yakni lulus dari pelatihan yang sangat keras serta brutal itu. Bisa dikatakan brutal karena seorang siswa yang sebenarnya mengalami cedera dan berlari sambil terpincang-pincang tetap diijinkan mengikuti pelatihan/pengujian selama dirinya masih merasa mampu. Tak ada yang menolong atau membantunya ketika siswa berlari terpincang-pincang itu tertinggal. Pasalnya tidak ada kata mundur dalam pelatihan. Mundur berarti gagal dan harus mengulang lagi di sesi berikutnya dan jika sampai dua kali gagal berarti cancellation.
Di Pilar 4 dalam Ujian Moral of Steel, diuji  aspek spiritual. Contoh, seorang murid wiraswastawan ingin sukses kaya raya dari bisnisnya dan harus lulus uji spiritual contohnya bermalam sampai pagi berdiam diri/meditasi di Lawang Sewu (Semarang) seorang diri. Apa jadinya? Sebelum mulaipun sudah menolak mentah mentah. Pastinya bergumam, “saya ini maunya kaya raya dari usaha bisnis saya sendiri, kenapa dengan bersusah payah harus ketemu iblis?” Disinilah dari sudut pandang saja sudah bertolak belakang. Bermeditasi di Unisyn bukan untuk tujuan ketemu setan, tapi dinilai derajat kepasrahan murid tersebut kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.Sekarang bagaimana dengan Pilar ke 3 ?
Semakin hari dan tahun ke tahun, perguruan Unisyn semakin tertutup rapat. Kerahasiaan menjadi kunci orgaisasi ini dan demikianpun aktivitas para muridnya dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Salah satu tugas Unisyn operatif adalahmencari informasi dan mengolahnya sebagai laporan yang baik. Seorang murid yang andal tak hanya mencari informasi di media massa atau internet, tapi ia akan pergi ke lokasi dimana informasi bisa didapatkan, apakah itu rumah tempat tinggal, tetangga rumah terdekat, kantor dimana bisnis dilakukan, sekolah bahkan rumah sakit untuk melakukan cek, ricek, dan kroscek mengenai subyek dan obyek yang sedang digali informasinya. Pelajaran Marketing Intelligence dari Philip Kotler betul betul dilaksanakan. Kemampuan analisis dan sintesis merupakan hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki seorang personel, selain kewajibannya dalam menjaga kerahasiaan. Juga menekankan pentingnya kecepatan dan keberanian seorang operatif dalam mengambil keputusan. Makanya selalu ditekankan kepada setiap operatif Unisyn agar memiliki kedalaman berpikir seperti intelektual, kecepatan gerak seperti wartawan, dan ketegasan sikap seperti militer. Ketiga dasar itulah yang pada akhirnya menjadi cerminan seorang murid Unisynveloc et exactus, yang artinya cepat dan tepat. Selalu cek, ricek, dan kroscek setiap informasi yang diterima.
Lalu berkaitan dengan ini, kita ambil contoh penggemblengan Pilar 3 a dan b atau Mental of steel. Bagaimana seorang operatif setelah tidak tidur lebih dari dua malam dengan kondisi mata sudah hanya 5 watt (ngantuk) disuruh menghafal isi text book yang belum pernah dibacanya. Saya ingat dulu disuruh pilih satu dari buku ini:
  1. Focal Point by Brian Tracy.
  2. Purple Cow by Seth Godin.
  3. The Compound Effect by Darren Hardy
  4. 4 Hour Work Week by Tim Ferriss.
  5. The One Minute Manager by Kenneth Blanchard.
Saya pilih The Compound Effectdari Darren Hardy. Waktu membaca buku sengaja diputar berbagai variasi musik mulai dari hard rock, classics keras, jazz yang nadanya sangat mengganggu dan volumenya amat keras. Saya diberi batasan waktu untuk selesai membacanya, masih dalam keadaan mengantuk ngantuk dan selesainya harus menjawab 50 pertanyaan mengenai buku itu secara tertulis.
Nah, apa jadinya jika pelatihan dan pengujian seperti itu diberlakukan untuk klub atau komunitas di luar Unisyn? Sanggupkah lulus?
Image result for success